HIM
Ada yang patah di dalam, tapi terlihat tanpa cela dari luar. Dan, ketika Leta mendekat seolah berharap bisa menyembuhkan meski telah berkali-kali didorong menjauh, salahkah kalau gue melakukan segala cara supaya dia bisa lihat bahwa gue jauh dari sosok sempurna dalam bayangan dia? Bahwa hati gue udah dibawa seseorang dan yang tersisa kini hanya lubang hampa yang menganga?
Rencana itu awalnya lancar-lancar saja, sampai gue sadar ada yang perlahan berubah. Dalam cara gue ngelihat dia. Dan, menghindar kayaknya enggak bisa lagi jadi jalan keluar.
LETA
Terus berjuang sampai dapat. Keras kepala udah jadi nama tengah gue sejak lama.
Him selalu ada dalam rencana masa depan gue dan waktu impian terbesar gue buat milikin dia terwujud, seharusnya gue bahagia, ‘kan?
Kenyataannya enggak. Karena meski dia ngajak pacaran, bukan berarti dia melibatkan perasaan. Dan, gue terlalu menghargai diri sendiri untuk ngebiarin hati gue dia injak lagi dan lagi.
Haruskah, untuk kesekian kalinya, gue nyerah? Kali ini untuk selamanya?