Sub Sektor Logam dan mineral merupakan salah satu industri yang memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia sebagai penyedia sumber daya energi. Dengan adanya potensi kaya akan sumber daya alam dapat menumbuhkan peluang bagi perusahaan- perusahaan untuk melakukan ekplorasi logam dan mineral. Sub sektor Logam dan mineral masuk membawa nama Indonesia kedalam peringkat 10 besar dunia karna memberikan potensi besar. Hal ini dibuktikan dengan mineral nikel yang menduduki peringkat ketiga paling atas dalam tingkat global dan kontribusi 39 % untuk produk emas yang menduduki posisi kedua setelah China. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan kedua metode yaitu rasio profitabilitas dan Economic Value Added untuk mengukur kinerja keuangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor logam dan mineral yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah independent yaitu rasio profitabilitas dan Economic Value Added. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistic deskriptif kuantitatif dengan menggunakan uji beda yaitu Independent Sample test bagi data berdistribusi normal dan Mann-Whitney U bagi data berdistribusi tidak normal. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari laporan keuangan perusahaan sub sektor logam dan mineral dan tidak adanya manipulasi data. Berdasarkan hasil uji beda menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara metode rasio profitabilitas dan Economic Value Added dengan hasil data nilai yang di hasilkan EVA lebih tinggi dibandingkan rasio profitabilitas. Oleh karena itu, Economic Value Added lebih baik digunakan dalam mengukur kinerja keuangan dibandingkan rasio profitabilitas, karena Economic Value Added lebih memperhitungkan resiko dan nilai tambah yang diberikan kepada perusahaan.