Derasnya arus informasi dan perkembangan teknologi menciptakan inovasi-inovasi dalam aspek-aspek kehidupan manusia. Salah satu inovasi dalam perkembangan teknologi adalah artificial intelligence atau kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan sebenarnya kalau ditilik dari aspek historisnya sudah ada sejak dahulu, bahkan kalau ditelusuri dari literatur-literatur kuno, kecerdasan buatan bahkan sudah diinisiasi oleh mitologi Yunani hingga ilmuwan Muslim bernama Jabir bin Hayyan, yang diulas dalam bab tersendiri dalam buku ini terkait sejarah kecerdasan buatan.
Situasi pandemi Covid-19 yang memaksa adanya perubahan-perubahan dan juga penyesuaian-penyesuaian dalam sistem kerja dan interaksi sosial semakin mendorong perkembangan kecerdasan buatan ini lebih lanjut. Tentunya setiap inovasi-inovasi ini diharapkan dapat membantu manusia dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Lantas, bagaimana penerapan kecerdasan buatan diorganisasi utamanya di birokrasi (organisasi publik) yang notabene memiliki kultur dan atmosfer yang berbeda dengan organisasi privat? Sudah sejauh mana penerapan kecerdasan buatan diterapkan di birokrasi negara kita? Apakah kecerdasan buatan membantu kehidupan manusia atau bahkan memberikan malapetaka?
Pertanyaan-pertanyaan ini akan diulas sedikit banyaknya dalam buku Birokrasi 4.0: Penerapan Artificial Intelligence yang disusun oleh Penulis yang juga berlatar belakang sebagai seorang PNS ini. Tentunya dengan latar belakang sebagai seorang PNS membuat buku ini lebih dalam melihat dan memberikan masukan-masukan penerapan kecerdasan buatan dalam birokrasi di Indonesia.
Buku ini diharapkan bermanfaat bagi para pemangku kepentingan, utamanya para birokrat, pemerhati kebijakan publik, kalangan mahasiswa, dosen, maupun peneliti yang ingin menambah khazanah pengetahuannya terkait kecerdasan buatan. Mengingat tidak banyak literatur berbahasa Indonesia yang membahas tentang kecerdasan buatan ini. Selain itu, buku ini ditinjau dari perspektif penulis yang bukan berlatar belakang pendidikan komputer ataupun sains sehingga bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sederhana. Perspektif penulis sampaikan juga dilihat dari aspek nonteknis sehingga tidak menggunakan istilah-istilah bahasa pemrograman yang njlimet. Terakhir, harapannya buku ini juga dapat menambah khazanah literatur berbahasa Indonesia terkait kecerdasan buatan bagi kemajuan bangsa kita yang tercinta.