Sudah banyak yang Evan Hansen cemaskan setengah mati, misalnya sekolah, mencari teman, kunjungan ke psikiater… Dan kini ia harus mencemaskan surat pribadinya yang direbut murid penyendiri yang terkenal badung pula. Ketika akhirnya surat itu dikembalikan, Evan malah tak sengaja menjerumuskan dirinya ke tengah kesalahpahaman yang berkembang menjadi jaring kebohongan.
Kebohongan itu pun menjadi viral. Masalahnya, Evan tak sampai hati mengatakan yang sebenarnya karena dalam kebohongan itu, ia punya teman. Berkat dusta itu, ia “terlihat”, bahkan meringankan duka mendalam sebuah keluarga. Dan untuk pertama kalinya, Evan merasa berarti serta percaya diri.
Jauh di lubuk hati, Evan tahu ia harus mengungkapkan kebenaran. Dan terutama, menghadapi kecemasan terbesarnya selama ini: dirinya sendiri.