Energi listrik pada zaman modern ini sudah menjadi bagian dari manusia yang
tidak dapat dipisahkan lagi. Pada tahun 2018 dari total 283.8 TWh listrik di
Indonesia, hanya 17.1%-nya dihasilkan oleh Energi Baru dan Energi Terbarukan,
sedangkan pemerintah pada 2014 menargetkan 23% energi listrik pada tahun 2025
dihasilkan oleh Energi Baru dan Energi Terbarukan. Salah satu teknologi untuk
menhasilkan listrik dari Energi Baru dan Terbarukan adalah Microbial Fuel Cell
(MFC), dan salah satu desain MFC yang paling sederhana adalah Sediment MFC.
Sediment MFC adalah MFC yang memanfaatkan perbedaan tingkat oksigen pada
sedimen dain air diatasnya. Dalam penelitian ini sistem MFC dikombinasikan
dengan sebuah ekosistem akuarium dengan harapan adanya ekosistem ini bisa
meningkatkan produksi listrik dari sistem MFC.
Sistem MFC akan dibuat dalam Akuarium berukuran 50x30x35 cm. Dasar dari
akuarium diisi dengan sedimen yang biasa digunakan dalam akuarium, dan di
atasnya diisi dengan air. Selain itu akuarium diisi dengan ikan-ikan dan juga
tanaman air. Elektroda yang digunakan adalah tembaga sebagai anoda dan seng
sebagai katoda, elektroda ini ditanam di empat sudut akuarium dengan kondisi yang
berbeda.
Dari hasil sistem MFC dalam ekosistem akuarium telah dibuat dan didapatkan
bahwa pasangan elektroda yang ditanam di dekat tanaman air memiliki rata-rata
produksi yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak. Selain itu pasangan
elektroda yang memiliki anoda di kedalaman 5 cm memiliki rata-rata yang lebih
baik dibandingkan dengan 3 cm. Dari penelitian didapatkan rata-rata produksi
listrik terbesar 95,318 mV oleh pasangan elektroda di sekitar tanaman air dan anoda
kedalaman 5 cm. sedangkan produksi listrik terbesar sebesar 333,76 mV didapatkan
oleh pasangan elektroda di sekitar tanaman air dan kedalam 3 cm. Dari penelitian
tidak didapatkan pola hubungan antara nilai suhu, pH dan TDS dengan produksi
listrik