Jangan heran jika mendapatiku sedang berbicara sendirian atau tertawa tanpa seorang pun terlihat sedang bersamaku. Saat itu, mungkin saja Aku sedang bersama salah satu dari lima sahabatku.
Kalian mungkin tak melihatnya. Wajar. mereka memang tak kasat mata dan sering disebut.. hantu. Ya, mereka adalah ahantu, jiwa-jiwa penasaran atas kehidupan yang dianggap mereka tidak adil.
Kelebihanku dapat melihat mereka adalah anugerah sekaligus kutukanku. Kelebihan ini membawaku kedalam persahabatan unik dengan lima anak hantu Belanda. Hari-hari ku dilewati dengan canda tawa peter, pertengkaran Hans dan Handrick-dua sahabat yang sering berkelahi-alunan lirih biola William, dan tak lupa : rengekan si bungsu Jahnsen.
Jauh dari kehidupan “normal” adalah harga yang harus dibayar atas kebhagiaanku bersama mereka. Dan semua itu harus berubah ketika persahabatan kami meminta lebih, yaitu kebersamaan selamanya. Aku tak bisa member itu. Aku mulai menyadari bahwa hidupku bukan hanya miliku seorang….