PT Telkom Tbk memiliki sarana pembelajaran yang bernama Telkom Corporate University atau Telkom CorpU. Secara umum, Telkom CorpU merupakan sarana strategis yang dirancang untuk mendukung pencapaian misi perusahaan dengan melakukan kegiatan dalam memperkuat kemampuan belajar individu dan mengelola knowledge management perusahaan bagi karyawan PT Telkom Tbk. Pihak Telkom CorpU telah menyediakan sarana knowledge management bagi karyawannya yang dapat diakses secara online yaitu Kampiun dan Cognitium. Maka dari itu untuk mengetahui kegiatan knowledge management dilakukan secara maksimal, perlu diketahui mengenai learning culture pada lingkungan karyawan PT Telkom Tbk.
Kurangnya implementasi dalam mengelola sistem knowledge management dengan maksimal, maka penelitian ini bertujuan menganalisa learning culture pada lingkungan perusahaan. Hal tersebut sebagai bahan evaluasi Telkom CorpU yang dapat meningkatkan pengelolaan ilmu pengetahuan dengan menyesuaikan culture yang ada, maka Telkom CorpU dapat mengelola sarana knowledge management nya dengan baik. Objek penelitian yang ditetapkan pada salah satu divisi yaitu Divisi Shared Service Operation Finance Telkom Graha Merah Putih Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah membagikan kuesioner yang selanjutnya diolah menggunakan analisis faktor konfirmatori.
Berdasarkan hasil analisis bahwa terdapat 9 faktor-faktor learning culture diantaranya Pembelajaran Berkelanjutan, Dialog, Kolaborasi dan Tim Pembelajaran, Menciptakan Sistem dan Berbagi Pembelajaran, Pemberdayaan, Koneksi Sistem, Kepemimpinan Strategis, Integrasi Internal, Adaptasi Eksternal. Terdapat faktor dominan learning culture pada Divisi SSOF yang terbentuk yaitu pembelajaran bekelanjutan dan pemberdayaan.
Maka dari itu perlu adanya peningkatan dalam membangun kepercayaan satu sama lain, memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan dengan kebutuhan pekerjaan masing-masing, kontak antara manajemen puncak dengan karyawan mudah, memiliki kebiasaan berbagi informasi, pengetahuan, meningkatkan dorongan karyawan terhadap pengetahuan yang lebih luas, dan mendorong pemimpin untuk bisa membimbning karyawannya berfikir kritis