Financial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan yang dialami perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi. Sebuah perusahaan didirikan pasti dengan tujuan supaya selalu memperoleh laba maksimal agar perusahaan mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama dan tidak mengalami kebangkrutan. Sektor agrikultur merupakan sektor yang berperan penting dalam kontribusinya membantu perekonomian Indonesia dan Malaysia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas, leverage, operating capacity, growth, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, dan dewan direksi terhadap financial distress pada perusahaan sektor agrikultur Indonesia dan Malaysia periode 2014-2018 baik secara simultan maupun parsial.
Penelitian ini menggunakan penelitian metode kuantitatif. Teknik pengambilan sampel non probability sampling dengan metode purposive sampling, sehingga diperoleh sampel sebanyak 60 sampel dari 12 perusahaan agrikultur Indoneisa dan 195 sampel dari 39 perusahaan agrikultur Malaysia. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada perusahaan sektor agrikultur Indonesia, operating capacity secara parsial berpengaruh signifikan negatif terhadap financial distress. Sedangkan likuiditas, leverage, growth, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, dan dewan direksi secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap financial distress. Kemudian hasil penelitian pada sektor agrikultur Malaysia secara parsial menunjukkan bahwa likuiditas dan leverage berpengaruh signifikan positif terhadap financial distress. Operating capacity dan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan negatif terhadap financial distress. Growth, ukuran perusahaan, dan dewan direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress.
Kata kunci: Likuiditas, Leverage, Operating Capacity, Growth, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Dewan Direksi, Financial Distress, Analisis Regresi Logistik