Bila diibaratkan memungut pajak ibarat memanen sebuah pohon apel, ada dua cara memanen pohon apel, yang pertama dengan menebang pohon apel tersebut dan memetik apel-apelnya saat pohonnya sudah tumbang sehingga apel yang didapat saat itu tentu sangat banyak atau yang kedua dengan menggunakan tangga lalu memetik apel yang sudah matang satu-persatu sembari merawat pohon apelnya agar tetap hidup dan berbuah. Cara kedua tentunya secara hasil akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan cara pertama, tetapi dengan cara kedua kita bisa memanen pohon apel tersebut secara berkelanjutan di harihari berikutnya. Bila menggunakan cara memanen yang kedua, permasalahan selanjutnya yang timbul adalah bagaimana cara agar pohon apel tersebut dapat berbuah lebih banyak dari hari ke hari agar hasil panen apel bisa terus meningkat. Cara yang bisa dilakukan agar panen terus meningkat adalah dengan merawat buah apel yang telah ada dan menanam pohon-pohon apel baru. Begitu juga dengan pajak, agar pajak yang dipungut dari masyarakat Indonesia setiap tahun bisa terus meningkat seperti target yang ditetapkan pemerintah, tentunya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) selaku organisasi yang punya wewenang memungut pajak di Indonesia seharusnya merawat dan menanam pohon baru. Merawat di sini adalah memberi pelayanan terbaik dan memberikan insentif-insentif agar wajib pajak yang telah terdaftar mau membayar kewajiban pajaknya. Menanam pohon baru di sini berarti bahwa DJP harus mampu membuat pemungutan pajak tidak mengganggu proses dan persaingan ekonomi agar pebisnis baru tetap dapat muncul dan bisnis yang telah ada terus berkembang sehingga basis pemajakan Indonesia bisa semakin besar.