Sistem komunikasi nirkabel digunakan pada banyak bidang untuk menunjang kebutuhan komunikasi, salah satu contohnya adalah penerapan sistem komunikasi nirkabel pada jaringan mission critical. Jaringan mission critical merupakan jaringan yang dapat beroperasi untuk kebutuhan komunikasi sehari-hari, serta merupakan jaringan yang didesain dengan memiliki kapasitas sistem yang mendukung komunikasi tetap dapat berlangsung dalam keadaan ekstrim. Sistem komunikasi nirkabel yang digunakan dalam mission critical adalah Terrestrial Trunked Radio (TETRA) dan Long Term Evolution (LTE). Sistem TETRA mendukung layanan voice, sedangkan LTE mendukung layanan voice dan data. Pengoperasian LTE dan TETRA pada frekuensi kerja yang sama merupakan salah satu bentuk optimalisasi kualitas pada jaringan mission critical.
Tugas Akhir ini melakukan analisis interferensi pada pengoperasian LTE dan TETRA pada pita 800 MHz. LTE menggunakan frekuensi 814-849 MHz untuk arah uplink dan 859-894 MHz untuk arah downlink dan TETRA yang menggunakan frekuensi 806-824 MHz untuk arah uplink dan 851-869 MHz untuk arah downlink.
Terdapat 4 skenario pada tugas akhir ini dengan menggunakan model propagasi extended-hata pada daerah urban. Adapun beberapa parameter yang ditinjau seperti desired Received Signal Strength (dRSS), interfering Received Signal Strength (iRSS), Carrier to Interference ratio (C/I) dan probability of interference.
Pada keempat skenario terjadi Co-Channel Interference (CCI) antara sistem LTE dan sistem TETRA yang beroperasi di pita frekuensi 800 MHz sehingga performansinya tidak optimal. Kondisi performansi antara LTE dan TETRA mengalami peningkatan setelah ditambah guard band. Variasi guard band yang telah dilakukan sebesar 0,5 MHz, 0,75 MHz, dan 1 MHz. Berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan, diusulkan penggunaan variasi guard band, pengurangan daya base station dan tilting antenna untuk peningkatan performansi.
Kata Kunci : C/I, Interferensi, LTE, mission critical, probability of interference,
TETRA.