Sepanjang 2014 – 2018, perusahaan kabel di Indonesia menunjukkan pertumbuhan positif, dengan 8,52% rata-rata pertumbuhan pendapatan per tahun. Pertumbuhan ini tidak selalu direspons positif oleh analis di pasar modal. Untuk itu dalam penelitian ini, penulis akan melakukan valuasi terhadap enam perusahaan kabel di Indonesia yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Menggunakan data keuangan dan perdagangan saham sepanjang periode 2014-2018, penulis memvaluasi menggunakan dua metode, yakni Free Cash Flow to Firm (FCFF) untuk mendapatkan nilai intrinsik saham, dan Relative Valuation, menggunakan Price to Book Value (PBV) dan Price to Earnings Ratio (PER), untuk memvalidasi nilai intrinsik yang telah diperoleh sebelumnya.
Berdasarkan hasil olah data dan pengujian dengan mempertimbangkan tiga skenario (optimis, moderat, dan pesimis), didapatkan hasil pada skenario optimis, nilai intrinsik saham emiten JECC, KBLI, dan VOKS overvalued di seluruh skenario, sementara IKBI, KBLM, dan SCCO undervalued di seluruh skenario.
Validasi menggunakan PBV diperoleh, untuk skenario optimis, seluruh emiten dinilai overvalued, meskipun masih dalam rentang nilai PBV industri (0,36 – 1,62). Untuk skenario moderat, saham dua emiten IKBI, dan KBLI dinilai overvalued, sementara saham empat emiten JECC, KBLM, SCCO, dan VOKS dinilai undervalued. Sedangkan untuk skenario pesimis, hanya emiten IKBI yang dinilai overvalued.
Validasi menggunakan PER diperoleh, untuk skenario optimis, saham empat emiten IKBI, JECC, KBLM, dan SCCO dinilai overvalued, sedangkan saham emiten KBLI dan VOKS dinilai undervalued. Untuk skenario moderat, IKBI dan SCCO dinilai overvalued, sebaliknya saham emiten JECC, KBLI, KBLM, dan VOKS dinilai undervalued. Sedangkan untuk skenario pesimis, hanya saham emiten IKBI dinilai overvalued, sedangkan JECC, KBLI, KBLM, SCCO, dan VOKS dinilai undervalued.
Kata kunci: valuasi, saham, FCFF, PBV, PER