Berbagai kasus HAM berat banyak terjadi di Indonesia sebelum masa reformasi dan turunnya rezim Soeharto. Beberapa kasus HAM berat tersebut diantaranya, kasus Semanggi I, Semanggi II, Tragedi Trisakti, Tragedi 13-15 Mei 1998, Talang Sari, Tanjung Priok, dan Tragedi 65. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebuah gerakan yang berada di media sosial, khususnya Instagram. Mencoba untuk mengeksplorasi aktivisme digital Aksi Kamisan Bandung (Komunitas bidang HAM) di media baru, yaitu Instagram. Aksi Kamisan Bandung merupakan bagian dari Aksi Kamisan yang mulanya lahir pertama kali di Jakarta. Aksi Kamisan memiliki sebuah kegiatan yang tidak dilakukan oleh komunitas lain, yaitu melakukan kegiatan aksi damai yang rutin dilakukan di hari kamis setiap minggunya untuk mengkampanyekan kasus HAM. Bahkan, berkat loyalitas dari komunitas ini yang tidak pernah berhenti untuk memperjuangkan peradilan mengenai penegakkan HAM, akhirnya beberapa kota di Indonesia pun termotivasi untuk menjunjung tinggi solidaritas dan menuntut peradilan HAM dengan melakukan dan membangun Aksi Kamisan. Menggunakan metode studi kasus, konsep Cammaerts (2015) mengenai peran media sosial pada aktivisme digital secara internal (inward) dan eksternal (outward), teknik analisis tematik, dan menghimpun data dengan wawancara dan observasi. Subjek pada penelitian ini merupakan internal dan eksternal Aksi Kamisan Bandung, dan untuk objek penelitian merupakan aktivisme digital yang dilakukan oleh Aksi Kamisan Bandung. Hasil penelitian menunjukkaan bahwa media sosial memiliki peran penting dalam aktivisme digital. Terdapat tiga tema besar yang berhasil didapatkan melalui hasil analisis tematik, yaitu Aksi Kamisan Bandung sebagai sumber informasi, menghasilkan interpretasi pesan, dan menghadirkan motivasi partisipasi.
Kata Kunci: aktivisme digital, media sosial, hak asasi manusia, demokrasi.