Pemantauan lapangan konsentrasi PM2.5 dan CO2 serta kondisi meteorologi (T, RH, P, I, WS, WD) berbasis low-cost sensors secara real-time di cekungan udara Bandung Raya telah dilakukan pada 12 Maret-25 April 2019. Sensor PM2.5, CO2, dan cuaca telah dikalibrasi secara terpisah di Laboratorium. Alat ukur kemudian ditempatkan di dua lokasi dengan perbedaan jarak ±300 m dan ketinggian ±20 m, yaitu Gedung Tokong Nanas (Lokasi 1 / L1) dan Gedung Deli (L2), Universitas Telkom, Bandung. Komunikasi data menggunakan modul GSM (SIM900A) yang disimpan di data logger dan dikirimkan ke cloud database per 2 menit. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa massa udara di kedua lokasi memiliki tren data konsentrasi PM2.5 dan CO2 yang relatif homogen, kecuali pada beberapa kejadian yang dipengaruhi oleh aktivitas antropogenik (konsentrasi PM2.5 dan CO2 di L2 > L1) serta arah dan kecepatan angin (adanya perbedaan konsentrasi massa PM2.5 akibat penundaan waktu). Rerata harian konsentrasi PM2.5 dan CO2 di L1 dan L2 adalah 52 µg m-3 dan 580 ppm serta 70 µg m-3 dan 809 ppm. Konsentrasi massa PM2.5 dan CO2 yang relatif lebih tinggi (±172 µg m-3 dan 916 ppm) di malam hari akibat atmosfer yang lebih stabil (temperatur potensial, d?/dz > 0; tipikal dari 20:00-03:00), penurunan planetary boundary layer, dan terjadinya pencampuran partikulat lokal dengan polutan udara lintas batas. Sedangkan, konsentrasi CO2 yang relatif lebih rendah di siang hari sebagian besar terjadi akibat aktivitas vegetasi yang aktif menyerap CO2 pada proses fotosintesis. Tampak bahwa kinerja low-cost sensors dapat digunakan dengan baik untuk memantau kualitas udara di atmosfer.