Tinggal di kota besar boleh jadi adalah impian banyak orang, meraih mimpi dan cita-cita di antara gedung bertingkat, kemacetan, kepadatan penduduk juga polusi udara. Semakin banyak jumlah penduduk di sebuah kota berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan oleh banyaknya penduduk di kota tersebut, maka tak heran jika pengaturan sampah yang kurang baik akan selalu memicu konflik dan membuat masyarakat menjadi tidak sehat. Lemahnya kesadaran masyarakat akan kebersihan ikut mendukung terjadinya banjir yang datang secara berkala setiap musim hujan. Bantaran sungai seperti menjadi lahan bebas untuk membuang sampah, seakan-akan frustasi karena minimnya fasilitas pengolahan sampah dan pengaturan pembuangan sampah di sekitar warga.
Tentu kita tidak bisa menuntut pemerintah ataupun orang-orang di sekitar kita untuk memperhatikan kebersihan, tapi justru mulai menuntut diri sendiri untuk lebih memperhatikan kebersihan.
Rumah pengolah sampah di kota bisa diwujudkan dengan cara memahami bagaimana karakter dan jenis sampah yang dapat diolah maupun tidak, membedakan sampah organik dan non organic dan selanjutnya mempelajari cara mengolah sampah organik menjadi kompos yang dapat dimanfaatkan kembali untuk tanaman disekitar rumah. Mempelajari dan mengenali beberapa komposter seperti; komposter drum yang menghasilkan lindi, komposter takakura, dan lubang resapan biopori.