Penerapan kebijakan pemerintah yang dilakukan pada awal 2010, tentang menerapkan kebijakan dengan memberlakukan persetujuan pedagang bebas ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). Sehingga banyak produk luar yang masuk ke Indonesia, salah satunya sepatu sehingga menjadi ancaman bagi industri sepatu di Indonesia. Keberadaan sepatu cibaduyut ini hingga akhirnya kalah bersaing dengan produk Cina yang dijual dengan harga yang lebih murah tetapi dengan kualitas yang rendah dan memiliki merek yang menarik perhatian konsumen dengan kemasan yang menarik. Maka dari itu perlu dilakukannya penelitian analisis busniness life cycle, yang dapat memetakan UMKM yang berada dikawasan Cibaduyut untuk mengetahui seberapa besar dampak yang diberikan ACFTA dengan melihat dari kelima fase yang akan dianalisis.
Melalui penelitian ini maka akan mengetahui posisi siklus hidup bisnis pada IKM (Industri Kecil Menengah) di Sentra Bisnis Sepatu Cibaduyut berdasarkan lima tahapan siklus hidup bisnis.
Metode pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner secara langsung kepada 70 responden yang telah dipilih sesuai kriteria yang telah ditentukan dan wawancara ke 3 responden yaitu para pelaku usaha di Sentra Bisnis Sepatu Cibaduyut.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukan bahwa fase kematangan dan fase kebangkitan merupakan posisi yang dirasakan pada Sentra Bisnis Sepatu Cibaduyut sekarang berdasarkan skor tertinggi 77%. Lalu dilakukan wawancara kepada 3 responden dan mendapatkan hasil penyebab terjadinya penurunan yaitu, daya beli masyarakat menurun, harga bahan baku yang selalu mengalami kenaikan, dan kebijakan pemerintah khususnya ACFTA
Berdasarkan hasil penelitian, maka untuk mengatasi fase kematangan yang cenderung menurun. Maka dapat dilakukan seperti menciptakan keselarasan antar bengkel sepatu, merek terkenal, dan Pemerintah agar tersedianya lapangan kerja, persaingan yang sehat, rasa cinta pada produk dalam negeri dan memperkuat Citra Cibaduyut sebagai Kawasan wisata kerajinan sepatu dan Sentra Sepatu Kulit di Jawa Barat. Lalu memberikan pelatihan kepada pengerajin agar lebih inovatif dalam pengembangan produk untuk memenuhi kebutuhan pasar, memberikan pinjaman modal, dan mengkaji ulang kebijkan ACFTA.