Pada waktu yang belum lama berlalu, bangsa ini pernah gaduh oleh perdebatan seru yang nyaris melampaui batas menyangkut makna ayat 51 surah al-Maidah; sepenggal firman Tuhan yang mendadak jadi bahan perbincangan karena gesekan politik. Satu suasana politik yang kurang kondusif untuk membincangkan ayat tersebut dalam semangat ilmiah.
*
Dalam konteks penafsiran Al-Quran, seorang sangat sulit menghindari pengaruh kecenderungan, latar belakang pendidikan, perkembangan keilmuan, dan kondisi sosial-budaya, kendati ia berusaha tampil seobjektif mungkin. Karena itu, hanya dari satu ayat, sangat mungkin muncul beragam penafsiran dan perbedaan pandangan, baik antarulama pada masa lampau maupun—apalagi—antara ulama masa lampau dan ulama masa kini. Lebih-lebih, karena memang Al-Qur‘ân hammâlah lil wujûh. Al-Quran sendiri dapat menampung beragam makna.
Hal itu akan tampak jelas jika Anda melihat hasil penelusuran pandangan banyak penafsir menyangkut al-Maidah 51 sebagaimana dipaparkan dalam buku ini. Karya terbaru pakar tafsir kita, M. Quraish Shihab, ini menghidangkan pandangan empat puluh penafsir terkait al-Maidah 51, lalu mengulas dan menyimpulkan aneka hidangan pandangan tersebut dengan gaya khas Profesor Quraish.
Karya ini sengaja dihadirkan hari-hari ini ketika kegaduhan telah reda, ketika kondisi telah lebih jernih, sehingga diharapkan al-Maidah 51 dapat dibaca dengan pikiran tenang dan dikaji dengan semangat ilmiah agar permata dalam ayat ini dapat diraih.
Selamat mengaji dan mengkaji.