Buku ini menggali ajaran-ajaran Hamka, baik yang terdapat dalam laku hidupnya maupun dalam karya-karyanya yang berserak. Dimulai dari pembahasan mengenai masa kecilnya yang nakal dan suka membolos, tapi cerdas. Setelah itu, dipaparkan juga perjalanan spiritual dan intelektual Hamka, baik ketika berada di Jawa maupun di Makkah.
Pun nasibnya yang berubah 180 derajat sepulang dari Makkah sebelumnnya, Hamka hanya dipandang sebelah mata oleh masyarakat, karena tidak memiliki ijazah. Baru setelah ia menunaikan rukun islam kelima, masyarakat memandangnya sebagai ulama dan nasihatnya pun didengarkan