FILSAFAT selama ini menyembunyikan skandal politik untuk menutupi kebuntuan politik, baik dalam tataran pengertian maupun praktik politik dengan jalan diskursus menuju konsensus. Padahal menurut Ranciere, politik secara definisi justru merupakan situasi disensus (disagreement, perselisihan, dan gangguan terus-menerus). Rancierepemikir post-anarkis dalam era post-modernmenantang kita untuk merumuskan kembali apa itu politik, demokrasi, kesetaraan, solidaritas, emansipasi, dan subjektivasi.
PEMIKIRAN Ranciere yang tertuang dalam buku ini memberi oksigen baru untuk bertualang menemukan praktik-praktik alternatif pada siapa saja (tidak sebatas filsuf ataupun pakar), untuk berperan di dalam tatanan sosial di bawah pengandaian "kesetaraan pada setiap orang dengan semua orang", untuk menyaksikan dan merasakan kesetaraan saat ini dan bukan nanti.
BAGAIMANA situasi disensus itu tidak lantas tenggelam dalam revolusi dan kekerasan, Ranciere yang masih percaya pada demokrasi sebagai "kabar gembira bagi semua orang", berupaya memberikan jawabannya. Kepada mereka yang menggeluti dunia filsafat, politik, hukum, sosiologi, dan ilmu-ilmu humaniora lainnya, bahkan aktivis dan penggiat keilmuan sekalipun, buku ini dipersembahkan.