ABSTRAK
Diera digital dengan perkembangan teknologi didukung aplikasi sebagai sarana memonitor dan bertransaksi secara online dalam bursa saham sangat mempermudah para investor saham dalam melakukan transaksi. Indonesia yang merupakan produsen kelapa sawit dan negara muslim terbesar didunia nilai saham pada Index Saham Syariah Indonesia sangat menarik untuk di valuasi dikarenakan tren harga CPO menurun dan saham yang fluktuatif selama lima tahun ini. Valuasi suatu perusahaan sangat penting diketahui dalam melakukan investasi untuk menghindarkan faktor risk dalam berinvestasi. Sampel yang digunakan adalah emiten AALI, SIMP dan LSIP yang memiliki market value dan equity terbesar pada Index ISSI. Dalam memvaluasi, penulis menggunakan metode Discount Cash Flow pendekatan FCFF dan Relative Valuation pendekatan PER dan PBV.
Tujuan penelitian memproyeksi nilai intrinsik emiten AALI, SIMP dan LSIP berdasarkan data histori 2013-2017 dengan menggunakan metode DCF-FCFF dan metode RV-PER dan RV-PBV untuk mengetahui harga wajar dalam skenario pesimis, moderat dan optimis dibandingkan dengan harga market pada 2 Januari 2018, dan membandingkan nilai PER dan PBV pada industri berdasarkan data IDX 1st Quarter 2018, serta memberikan rekomendasi untuk investor terhadap saham tersebut.
Hasil metode DCF-FCFF nilai intrinsik AALI dan LSIP dalam kondisi overvalued, sedangkan SIMP undervalued pada ketiga skenario. Berdasarkan hasil dengan metode RV-PBV dan RV-PER nilai PBV dan PER AALI, SIMP dan LSIP masih dalam range nilai PER dan PBV industri pada kondisi pesimis, moderat dan optimis.
Adapun rekomendasi yang diberikan saham AALI dan LSIP “dijual” dan saham SIMP “dibeli”, sedangkan berdasarkan relative valuation AALI, SIMP, LSIP layak untuk “dibeli” atau “dipertahankan”.
Kata kunci: Nilai intrinsik, perusahaan agriculture, DCF, FCFF, relative valuation, PER, PBV, valuasi.