Mainan edukasi merupakan suatu media yang dapat memberikan pelajaran tertentu kepada anak-anak khususnya anak penyandang autisme. Autisme adalah sebuah gangguan perkembangan anak yang meliputi sistem motorik, interaksi sosial, gangguan pada komunikasi dan keterbatasan minat serta kemampuan imajinasi. Untuk membantu anak dalam berktivitas seperti melatih kemampuan motorik dan interaksi sosialnya maka anak perlu diberikan mainan yang dapat menstimulasi kekurangannya tersebut. Dengan bermain anak penyandang autisme dapat melatih kemampuan kognitif, interaksi sosial dan sistem motoriknya khususnya anak autisme Pervasive developmental disorder not otherwise specified (PDD-NOS) untuk usia 6-12 tahun. Pada usia ini normalnya kemampuan motorik anak dan interaksinya sudah baik namun berbeda dengan anak penyandang autisme.
Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik pendekatan komparasi. Dalam metode ini, peneliti melakukan observasi ke lapangan yaitu SLB dan membuat perbandingan-perbandingan mainan berdasarkan kekurangan dan kelebihannya masing-masing dan menarik kesimpulan sebagai dasar awal perancangan yang akan dilakukan.
Berdasarkan penelitian yang sudah diamati penulis, peran pengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) sangat penting karena mereka memperhatikan dan membatasi setiap kegiatan bermain anak, serta mendampingi anak dalam kegiatan bermain agar anak mudah mengenal dan memahami permainannya. Maka dari itu, penulis mencoba merancang dan mengembangkan maianan anak yang meliputi aspek-aspek penting dalam perkembangan anak penyandang autisme, yaitu dengan penerapan mainan edukasi yang dapat membantu kemampuan motorik dan interaksi sosialnya.