ABSTRAK
Gerakan Neo-Nazi merupakan sebuah gerakan yang tidak hentinya menjadi perhatian dunia hingga saat ini. Menurut angka resmi di Jerman, terjadi 10.037 insiden bersifat rasis atau xenofobia pada tahun 1999. Tidak hanya itu Indonesia sebuah negara yang terlahir dengan Pancasila sebagai ideologinya juga pernah memakai rezim fasis dalam menjalankan pemerintahannya. Pembentukan rezim fasis di Indonesia sempat terjadi pada masa pendudukan Jepang dan Orde baru, konsep kunci dari karakteristik kedua rezim fasis tersebut adalah “politik pemenjaraan” terhadap “musuh negara”. Ideologi Neo-Fasime terus berkembang hingga detik ini, mereka berkembang bahkan sampai ke tanah melayu. Di negara Malaysia terdapat kelompok punk yang mengindentifikasi diri sebagai Neo-Nazi, yang terus meneriakan kemurnian ras Melayu, dan ingin menyingkirkan warga Malaysia non-Melayu. Atas fenomena ini banyak dari produser film menjadikan gerakan Neo-Nazi sebagai inspirasi untuk membuat sebuah film yang di angkat dari kisah nyata maupun fiksi. “American History x” merupakan sebuah film fiksi drama di tahun 1998 yang mengisahkan tentang Derek Vinyard seorang remaja penganut ideologi Neo-Fasisme dengan gerakan Neo-Nazismenya. Adapun hasil penelitian dengan menggunakan metode semiotika Roland Barthes ini, terdapat makna denotasi, konotasi dan mitos yang ditampilkan dalam 18 scene yang mewakili dalam film ini. Dimana ditampilkan dalam sebuah bentuk kekerasan, rasisme, penyematan atribut Nazi, serta propaganda.
Kata-Kata Kunci : Neo Fasisme, Fasisme, Semiotika, Semiotika Roland Barthes, Film American History X