Seonggok gambar hanya bisa menarik perhatian, bila ia mampu memberikan dan melukiskan informasi; mengejutkan dan membangkitkan gairah; serta menukik kepada suatu hal. Ketertarikan ini pada level selanjutnya akan mengantarkan kita kepada pengalaman teknis, lalu beranjak ke pengalaman estetis, pengalaman komunikastif, bahkan pengalaman konsumtif. Oleh sebab itu, komunikasi visual senantiasa dituntun untuk menggunakan cara berkomunikasi yang “berseni”. Apalagi, sesuatu yang estetis lebih mungkin dan nyaman untuk dikonsumsi. Hal ini menuntut para desainer untuk lebih mengembangkan nalar kreatif demi mencapai tanda-tanda komunikasi visual yang berkualitas. Karena ia berkewajiban mengomunikasikan diri dengan masyarakat yang kian berbudaya visual. “Prinsip-prinsip dasar tata rupa… perlu dipelajari, tetapi selanjutnya jangan sampai membelenggu…. Sehingga tidak harus diikuti secara patuh, bahkan bisa… tidak diikuti sama sekali jika dianggap membelenggu kreativitas” Sadjiman Ebdi Sanyoto, penulis Nirmana, Dasar-dasar Seni dan Desain. “Kualitas layanan Desain Komunikasi Visual memang bukan semata-mata bergantung pada seni, namun kejadiran seni telah menjadikan DKV menjadi lebih bernilai, berharga, dan bermakna.” Umar Hadi