Penelitian mengenai identitas diri pria pesolek di Bandung ini dilatarbelakangi oleh adanya pergeseran makna maskulinitas pada pria yang menuntut kaum pria untuk bersolek serta membuat munculnya istilah “metroseksual”. Kemunculan istilah tersebut memberikan konsekuensi pada masyarakat yang kemudian adanya stereotip negatif terhadap istilah “metroseksual” yang mengarah pada homoseksual. Ada tiga hal yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu: bagaimana pria pesolek di Bandung memaknai metroseksual, seperti apa identitas diri pria pesolek di Bandung, dan bagaimana pria pesolek di Bandung memaknai maskulinitas. Penulis menggunakan metode fenomenologi dengan paradigma kritis dalam penelitian kualitatif ini. Data diperoleh melalui observasi partisipan dan wawancara mendalam. Informan penelitian ini adalah empat pria metroseksual di Bandung. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pria pesolek di Bandung memaknai metroseksual merupakan pria yang sangat memperhatikan penampilannya seperti bersolek dan merawat tubuhnya sehingga memiliki nilai lebih pada dunia sosialnya, mengikuti trend yang ada, dan hidup di kota besar. Selain itu, identitas diri pria pesolek di Bandung dibagi menjadi dua yaitu identitas diri yang kuat dengan memiliki konsep tentang metroseksual dan identitas diri yang belum memiliki landasan tentang konsep metroseksual. Dalam penelitian ini, pria pesolek di Bandung memaknai maskulinitas sebagai pria yang dewasa dalam bersikap serta berpenampilan menarik dan memiliki bentuk tubuh yang ideal.