Teknologi Long Term Evolution (LTE) atau biasa disebut dengan Fourth Generation (4G) saat ini sudah diterapkan hampir di seluruh dunia termasuk salah satunya di Indonesia. Pemerataan pembangunan jaringan 4G/LTE mulai dilakukan di berbagai wilayah Indonesia, khususnya daerah-daerah wisata terpencil seperti di Kecamatan Loksado, Kandangan, dan Kalumpang Kalimantan Selatan.
Perancangan jaringan eNodeB dilakukan dengan memperhitungkan trafik user yang diperlukan berdasarkan kepadatan penduduk untuk mengetahui berapa jumlah eNodeB yang akan diterapkan ke sistem sebagai backhaul. Pada link akses menggunakan teknologi GPON dan backhaul link menggunakan teknologi STM-16 yang masing-masing memiliki bitrate 2,5 Gbps. Dengan dirancangnya link jaringan dan penghitungan link power budget maka dapat disimulasikan ke dalam Optisystem 7.0 agar dapat diketahui sistem tersebut layak atau tidak.
Hasil simulasi pada link akses dengan menggunakan GPON di Kecamatan Loksado, Kandangan, dan Kalumpang mendapatkan nilai terburuk pada sisi upstream untuk Q-factor = 17,0924, 15,6667, 17,357. BER = 7,33x10-66, 1,12x10-55, 7,57x10-68 dan Power Received = -19,022 dBm, -19,757 dBm, -18,882 dBm. Sedangkan nilai terburuk pada sisi downstream untuk Q-factor = 22,7433, 21,0777, 23,0496. BER = 0, 5,77x10-99, 6,6x10-118 dan Power Received = -13,022 dBm, -13,756 dBm, -12,881 dBm. Sistem jaringan eNodeB pada backhaul link dengan menggunakan STM-16 mendapatkan nilai terburuk untuk Q-factor = 62,4385, BER = 0, dan Power Received = -15,641 dBm dengan daya transmitter sebesar 3 dBm dan gain EDFA 6 dB.
Kata kunci: eNodeB, 4G/LTE, GPON, STM-16.