PT Buana Intan Gemilang merupakan salah satu perusahaan menengah di bidang tekstil menggunakan mesin Weaving untuk menghasilkan sajadah. Pada umumnya, perawatan mesin/peralatan kurang perhatian dari pimpinan produksi di perusahaan terutama perusahaan kecil dan menengah. Ini terasa pada PT Buana Intan Gemilang yang masih belum optimal dalam kebijakan perawatan. Mesin Weaving M19 memiliki kerusakan tertinggi karena kegiatan preventive belum optimal dan ketidaktersediaan spare part sehingga perbaikan corrective dan downtime tinggi. Angka downtime tinggi menunjukkan perlu adanya kebijakan perawatan dan pengelolaan spare part. Berdasarkan hasil metode Risk Priority Number, didapatkan Shedding Motion sebagai subsistem kritis yang perlu ditentukan kebijakan perawatan dengan metode Reliability Centered Maintenance (RCM) dan pengelolaan spare part dengan metode Reliability Centered Spares (RCS). Hasil metode RCM, didapatkan Scheduled On-Condition Task untuk semua komponen kritis dengan interval waktu perawatan kartu adalah 238,4 jam, jarum adalah 157,39 jam, hook adalah 130,9 jam dan tali harness adalah 133,23 jam. Dari hasil preventive task dan interval waktu perawatan dapat ditentukan total biaya perawatan adalah Rp 113.192.949 per tahun. Dan hasil metode RCS, didapatkan jumlah kebutuhan spare part per bulan dibutuhkan 35 unit kartu, 61 unit jarum, 73 unit hook dan 58 unit tali harness.
Kata kunci : Preventive Maintenance, Reliability Centered Maintenance, Reliability Centered Spares, Risk Priority Number