Fenomena yang muncul dalam penyelenggaraan demokrasi adalah prediksi yang dikeluarkan lembaga suvei di Indonesia. Lembaga survei melakukan wawancara untuk mengambil sampel opini terhadap kandidat. Survei dilakukan berupa wawancara (langsung,telepon), SMS, maupun polling online. Namun, cara ini memakan waktu dan biaya, terlebih jika target sampel tersebar di seluruh Indonesia.
Pada penelitian ini, dibuat sistem yang mampu mengolah ragam opini dari Twitter. Twitter dipilih karena termasuk salah satu media sosial dengan pengguna terbanyak di Indonesia, khususnya kota DKI Jakarta yang menjadi target penelitian. Selain itu, Twitter memiliki kemudahan pengambilan data. Banyaknya ragam opini publik di Twitter memungkinkan antar opini mengekspresikan makna yang sama. Digunakanlah ontologi sebagai classifier dalam menganalisis topik tweet secara lebih terperinci, berdasarkan parameter emosi. Tweet yang memiliki kelas berdasarkan klasifikasi ontologi digunakan dalam perhitungan prediksi kemenangan. Evaluasi yang digunakan terdiri dari dua yaitu evaluasi untuk mengukur ketepatan sistem dalam mengklasifikasi tweet (F-Measure) dan evaluasi untuk mengukur hasil prediksi sistem (MAE).
Dari hasil pengujian, diperoleh nilai F-Measure sebesar 95,97 % dalam pengklasifikasian tweet kandidat dan 92.47 % dalam pengklasifikasin tweet emosi. Dari hasil klasifikasi, dihasilkan nilai MAE sebesar 0.38. Nilai MAE lebih kecil dibandingkan lembaga survei dan menunjukkan bahwa Twitter dapat digunakan sebagai salah satu sumber berguna dalam memprediksi pemilu.