Perubahan Tari Jaipong menjadi sebuah media eksploitasi sensualitas perempuan ditandai dengan perubahan aspek-aspek nonverbal dalam tari seperti gerakan, kostum dan tata rambut, riasan wajah, alat musik dan lagu, serta panggung. Perubahan tersebut turut merubah kesan, makna serta nilai yang terkandung dalam Tari Jaipong. Tari Jaipong sendiri yang saat ini banyak berkembang adalah Tari Jaipong yang sudah jauh dengan Jaipong versi awalnya, gerakannya licah tidak mengindahkan etika bahkan erotis. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui bagaimana artifak nonverbal menunjukkan kondisi perubahan Tari Jaipong, kemudian bagaimana pergeseran makna Tari Jaipong dalam masyarakat Sunda saat ini, serta bagaimana evolusi Tari Jaipong menggambarkan komodifikasi budaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi dan pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi, serta studi pustaka. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa evolusi Tari Jaipong dari segi nonverbal mengakibatkan perubahan makna Jaipong pada masyarakat Sunda dari masa ke masa hingga akhirnya muncul bentuk komodifikasi dalam Tari Jaipong yang ditandai dengan sensualitas yang berlebih sehingga Jaipong pada masa kini dianggap sebagai media eksploitasi perempuan.