Perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi selular sudah mencapai generasi ke 5. Salah satu dari rancangan arsitektur jaringan selular pada 5G adalah teknologi komunikasi Device-to-Device (D2D). Proses device discovery merupakan proses pertama yang terjadi pada komunikasi D2D. Melalui proses device discovery, pembangunan hubungan antara perangkat dan Base Station menjadi lebih cepat dan efisien. Namun tidak selamanya Base Station dapat berfungsi secara normal. Ketika terjadi bencana alam dan infrastruktur telekomunikasi mengalami kerusakan, proses device discovery tidak dapat dilakukan.
Tugas Akhir ini bertujuan untuk mensimulasikan kondisi diatas pada jaringan telekomunikasi. Dua Unmanned Aerial Vehicle (UAV) bertipe quadcopter yang dipasang perangkat RF digunakan sebagai pengganti Base Station untuk melakukan proses device discovery ketika terjadi bencana alam sehingga jaringan telekomunikasi tidak terputus. Terdapat tiga skenario flying path yang akan digunakan, yaitu kombinasi Rectangular-Path dan O-path, kombinasi Rectangular-Path dan Zigzag-Path dan Double S-Path dengan area simulasi berbentuk persegi sebesar 100 km^2^ pada ketinggian quadcopter 80 hingga 150 meter.
Berdasarkan hasil simulasi yang diujikan pada tugas akhir ini, hasil yang didapatkan dari tiga skenario yang dianalisis pada tujuh parameter penelitian adalah 80% perangkat dapat terdeteksi dengan skenario Double S-Path namun total durasi pada Rectangular & O Path 3 kali lebih cepat dari Double S-Path. Pada saat terjadi bencana waktu menjadi faktor penting dalam disaster relief sehingga untuk kondisi bencana di rekomendasikan menggunakan skenario Rectangular & O Path untuk diterapkan. Walaupun perbandingan jumlah perangkat yang terdeteksi diantara kedua skenario cukup banyak, namun secara umum penggunaan dua UAV meningkatkan banyaknya perangkat yang terdeteksi daripada penggunaan satu UAV.