Kondisi Indonesia yang tepat berada pada garis khatulistiwa menjadikan Indonesia mempunyai iklim tropis, sehingga sering kita merasakan suhu yang panas walaupun berada di dalam ruangan. Selain itu, konsumsi energi bangunan akan mengalami peningkatan akibat dari tingginya penggunaan AC serta lampu. Banyaknya cahaya matahari yang masuk maka semakin baik sistem pencahayaannya, tetapi konsumsi beban pendinginan mengalami peningkatan karena suhu didalam ruangan menjadi tinggi. Namun hal tersebut dapat teratasi dengan mencari luas bukaan dimensi jendela yang tepat terhadap pencahayaan alami dengan memperhitungkan energi bangunan yang dihasilkan. Objek pada simulasi adalah bangunan tipe ruko dan bangunan tipe kecamatan, luas lantai masing-masing ± 70 m2 dan ± 600 m2, dengan variable luas bukaan jendela 20% sampai 80%. Masing-masing bangunan akan dikombinasikan tiga jenis material kaca yang berbeda yaitu dengan nilai U-Value, SHGC, VT serta ditambahkan kombinasi arah orientasi bangunan yaitu utara, barat, timur dan selatan. Hasil penelitian menunjukan, pada gedung tipe ruko penghematan energi terbaik diperoleh Kaca 1 dengan luas bukaan jendela 40% untuk orientasi Barat, 40% untuk orientasi Timur, 30% untuk orientasi Utara, dan 40% untuk orientasi Selatan. Sementara gedung tipe Kecamatan penghematan energi terbaik diperoleh Kaca 1 dengan luas bukaan jendela 70% untuk orientasi Barat, Timur dan Utara sedangkan orientasi Selatan 80%.