Film Maleficent (2014) mengisahkan seorang putri raja bernama Putri Aurora yang dikutuk sewaktu bayi oleh seorang penyihir jahat yang ternyata memiliki dendam dengan ayahnya. Aurora digambarkan sebagai seorang gadis muda yang cantik, bersuara merdu dan baik hati. Di saat perayaan kelahirannya, ayah Aurora atau Raja Stefan mengundang seluruh penduduk kerajaan tidak terkecuali ketiga peri baik, yaitu Flittle, Knotgrass, dan Thistletwit. Namun, kerajaan tidak mengundang satu orang, yaitu peri jahat bernama Maleficent. Sejak itu, Maleficent yang geram memberikan kutukan pada Aurora agar meninggal di usianya yang keenam belas saat dia menyentuhkan jarinya pada jarum alat pintal.
Penelitian ini hanya dibatasi pada pada klasifikasi narasi menurut Tvzetan Todorov.
Tzvetan Todorov mengatakan bahwa suatu cerita memiliki bagian awal bagian tengah dan bagian akhir. Atau disebut dengan istilah alur cerita. Penelitian ini ingin menganalisis bagaimana representasi feminisme pada film Maleficent khususnya adegan-adegan serta dialog-dialog yang mencirikan representasi feminisme.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat 3 representasi feminisme pada alur awal dalam film Maleficent, 5 representasi feminisme pada alur tengah dalam film Maleficent, dan 4 representasi feminisme pada alur akhir dalam film Maleficent. Selain itu terdapat 12 adegan yang merepresentasi feminisme dan 5 aliran feminisme yang terkandung pada film ini yaitu aliran feminisme ekofeminisme sebanyak 2 adegan, aliran feminisme radikal sebanyak 6 adegan, aliran feminisme kultural sebanyak 1 adegan, dan aliran feminisme psikoanalisis sebanyak 1 adegan dan terakhir aliran feminisme liberal.