Gebner dalam buku Boyd-Barret, Approach to Media : a Reader (1995; 12), memperkenalkan konsep resonansi. Hal ini terjadi saat media massa dan realitas sebenarnya menghasilkan koherensi yang powerful, di mana pesan media menerpa khalayak secara terus menerus secara signifikan. Ketika realitas media mirip dengan realitas sosial yang terjadi di ling¬kungannya, proses resonansi itu berlaku. Dalam konteks kekuataannya inilah media menjadi alat ampuh dalam pembentukan opini publik, jika asumsinya digeser ke wilayah realitas masyarakat maka opini publik akan membentuk persepsi simpati dan empati. Peran media dalam memberitakan kasus korupsi yang dilakukan oleh politisi perempuan yang sangat gencar, telah memberikan pencerahan pada masyarakat akhir-akhir ini. Hampir setiap hari Media cetak maupun Televisi menayangkan para pelaku korupsi yang terlibat atau tertangkap tangan, bahkan sering menjadi perbincangan atau program tersendiri dalam pengupasan persoalan korupsi. Diantara nama perempuan yang dituduh terlibat korupsi ini adalah Wa Ode, Miranda Goeltom, Nunun Nurbaeti, Malinda Dee, Angelina Sondakh, dan Mindo Rosalinda Manulang. Dibandingkan dengan laki-laki yang terlibat dalam masalah korupsi serta dari data statistik, maka sedikit sekali Perempuan yang terlibat dalam kasus korupsi tersebut. Tetapi dalam Pemberitaan media, Perempuan yang terlibat korupsi yang disebutkan di atas menjadikan berita yang sangat menonjol.
Kata kunci : Politik Perempuan, Media Massa, Framing Entman.