Di era modern sekarang ini, telah dikembangkan berbagai macam alat
untuk mempermudah manusia dalam melakukan pekerjaannya. Dalam pertanian,
terkadang pada tahapan pengeringan gabah sering mengalami hambatan. Misalnya
di negara Indonesia sebagai negara tropis, curah hujannya tergolong tinggi,
sehingga para petani mengalami kesulitan dalam melakukan pengeringan gabah
jika mengandalkan sinar matahari. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu alat
yang bisa mengeringkan gabah beras kapan saja.
Beras dapat dikatakan kering apabila kadar airnya sudah mencapai 14%,
dan gabah beras yang bagus untuk disimpan setelah dikeringkan adalah gabah
dengan kadar air antara 5-14%. Cara pengeringan yang dilakukan pada penelitian
ini yaitu dengan mengukur suhu mula-mula gabah beras menggunakan sensor
sht11, kemudian memberikan udara panas melalui kipas dan lampu 50watt yang
mengeluarkan panas, sehingga kandungan air yang terkandung dalam gabah beras
terangkat dan terbuang melaui uap air. Wadah gabah berputar agar gabah
memperoleh panas merata di semua sisinya. Suhu pemanas diukur menggunakan
sensor lm35 untuk kemudian dibandingkan dengan suhu gabah. Saat proses
pengeringan, suhu dan kelembaban gabah terus dikontrol melaui LCD yang
menampilkan suhu dan kelembaban gabah. Suhu dan kelembaban gabah itu
kemudian dimasukkan kedalam beberapa derajat keanggotaan, untuk selanjutnya
bisa diterjemahkan kedalam logika-logika fuzzy, apakah dengan suhu dan
kelembaban sekian gabah tergolong kering, normal, atau masih basah?
Setelah beberapa percobaan, diperoleh hasil mesin bekerja sesuai perintah
yang diatur dalam metode fuzzy logic dalam proses pengeringan, yaitu terus
memberi udara panas selama proses pengeringan, dan memasukkan kondisi gabah
kedalam fungsi keanggotaan yang telah dirancang, antara kering, normal atau
basah. Namun dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai set point
kelembaban 14%. sht11, lm35, fuzzy logic