PT. ABC merupakan perusahaan yang memproduksi pakaian olahraga
berbagai merek. Produk pakaian olahraga dengan persentase terbesar adalah
merek “N”. Hingga saat ini, perusahaan masih dihadapkan pada permasalahan
kualitas produk yang belum maksimal yang ditunjukkan dengan masih banyaknya
jumlah cacat dalam satu bulan produksiUntuk mengatasi permasalahan tersebut, digunakan metode six sigma,
dengan prinsip mencapai zero defect atau pencapaian jumlah cacat produk
sebesar 3,4 part per million (3,4 bagian per sejuta). Dalam six sigma terdapat lima
langkah, yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control).
Dalam tahap define, dilakukan pendefinisian proses produksi pakaian olahraga
dan penentuan Critical to Quality (CTQ). Pada tahap measure dilakukan
perhitungan level sigma, DPMO, dan perhitungan stabilitas proses. Kemudian,
akan dianalisis kinerja produksi pakaian olahraga yang kemudian dilakukan
analisis penyebab cacat. Dalam tahap improve, diberikan usulan yang didasarkan
pada analisis yang dilakukan pada tahap analyze. Usulan diberikan untuk
mengurangi jumlah cacat yang timbul pada pakaian olahraga merek “N”.. Untuk menangani permasalahan tersebut,
maka perlu dilakukan perbaikan kualitas yang terfokus pada jenis cacat terbesar.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, digunakan metode six sigma,
dengan prinsip mencapai zero defect atau pencapaian jumlah cacat produk
sebesar 3,4 part per million (3,4 bagian per sejuta). Dalam six sigma terdapat lima
langkah, yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control).
Dalam tahap define, dilakukan pendefinisian proses produksi pakaian olahraga
dan penentuan Critical to Quality (CTQ). Pada tahap measure dilakukan
perhitungan level sigma, DPMO, dan perhitungan stabilitas proses. Kemudian,
akan dianalisis kinerja produksi pakaian olahraga yang kemudian dilakukan
analisis penyebab cacat. Dalam tahap improve, diberikan usulan yang didasarkan
pada analisis yang dilakukan pada tahap analyze. Usulan diberikan untuk
mengurangi jumlah cacat yang timbul pada pakaian olahraga merek “N”.
Dalam penelitian ini, didapat tiga CTQ yaitu kerapihan jahitan, kebersihan
produk, dan kesesuaian produk dengan spesifikasi yang diinginkan konsumen.
Berdasarkan tiga jenis CTQ tersebut, terdapat 23 jenis cacat yang ditemukan di
tiga area produksi. Department sewing memiliki jenis cacat terbesar yaitu
broken/stitch, department cutting memiliki jenis cacat terbesar yaitu dirty,
department finishing memiliki jenis cacat terbesar hole. Faktor-faktor primer yang
memengaruhi tiga jenis cacat tersebut, yaitu usia mesin jahit yang sudah tua,
kondisi benang yang tidak layak, penggunaan mesin sablon manual, teknik
pensablonan manual, dan terkikisnya plat pada setrika. Untuk faktor sekunder,
yaitu kurang disiplin, kurang pelatihan, tidak adanya motivasi bagi buruh, kursi
buruh tidak ergonomis. Berdasarkan faktor tersebut maka diberikan usulan
sebagai berikut: maintenance mesin jahit secara berkala, dibentuknya QC untuk
benang, penggunaan mesin sablon otomatis, dan penggantian plat setrika secara
berkala. Untuk usulan pendukung, terdiri dari diberikannya pelatihan rutin,
pemberian berbagai motivasi kepada buruh, dan penetapan standardisasi kerja
bagi buruh, pemberian kursi ergonomis, sehingga dapat mengurangi timbulnya
cacat pada pakaian olahraga. Six Sigma, pakaian olahraga, Critical to Quality