Seiring dengan keinginan perusahaan dalam meningkatkan kualitas produk atau
layanan serta kebutuhan konsumen yang semakin meningkat, dunia bisnis di
Indonesia semakin kompetitif. Dimulai dari perubahan sistem yang digunakan di
perusahaan, hingga penggunaan cara-cara yang dapat memberikan keuntungan yang
optimal bagi perusahaan. Utamanya dalam menghadapi tuntutan perubahan dan
peningkatan kapabilitas, setiap perusahaan pasti dihadapkan pada risiko (risk)
sekaligus peluang (opportunities). Tak terkecuali PT. Primajasa Perdanarayautama
yang dalam operasionalnya menghadapi risiko kecelakaan dan mungkin risiko
operasional lainnya. Manajemen risiko (risk management) menjadi kebutuhan yang
strategis dan menentukan perbaikan kinerja perusahaan, dalam hal ini operasional bus
perusahaan.
Hasil proses identifikasi menghasilkan risiko kecelakaan dan risiko
ketidaksesuaian pelaporan jumlah kursi yang selama ini berpotensi menyebabkan
kerugian.Dari proses identifikasi, diketahui juga penyebab timbulnya risiko-risiko
tersebut lebih kepada kualitas SDM sendiri, dalam hal ini supir dan kondektur.
Setelah itu dilakukan proses penghitungan kemungkinan terjadinya risiko-risiko
tersebut, dan menghasilkan angka 0,6833 untuk risiko kecelakaan dan 0,243 untuk
risiko ketidaksesuaian pelaporan jumlah kursi. Dari data perusahaan dan asumsi yang
digunakan, kerugian jika terjadi kecelakaan adalah sebesar Rp.6.860.762 per bulan,
sedangkan risiko ketidaksesuaian sebesar Rp.62.500 per bulan.
Proses penanganan didasarkan pada peta risiko serta daftar risiko (penyebab)
yang telah dibuat. Berdasarkan posisi pada peta risiko, pengendalian jika terjadi
kerugian kecelakaan adalah penahanan aktif sebesar kerugian per bulan, atau
Rp.21.000 per unit bus. Untuk risiko ketidaksesuaian tersebut penanganannya adalah
kontrol terhadap aktivitas dengan merubah sistem pembayaran karcis untuk
penumpang serta pengecekan secara lebih teliti pada titik pemberhentian bus.
Berdasarkan daftar risiko, rekomendasi penanganan tetap kepada pemberian sanksi
yang tegas jika awak bus terbukti lalai. Sanksi seperti pemberian skors atau
pemotongan gaji. Selain itu perlu juga diusulkan adanya reward bagi karyawan
berprestasi.
Rekomendasi ini diharapkan untuk diimplementasikan sebagai langkah
pengendalian risiko dan antisipasi kerugian di perusahaan akibat operasional bus.
Sebagai referensi penelitian selanjutnya, metode ini dapat digunakan untuk unit lain
dalam perusahaan dengan jenis risiko yang berbeda.
Manajemen risiko, Peta risiko, penahanan aktif, mitigasi