PT Dirgantara Indonesia merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang rekayasa, rancang bangun, manufaktur, dan produksi pesawat terbang. Salah
satu mesin yang dipakai dalam proses produksinya adalah mesin Flexible
Manufacturing system. Flexible Manufacturing System (FMS) merupakan suatu
sistem manufaktur otomatis yang terdiri dari kumpulan mesin yang saling
berhubungan dan sistem penyimpanan yang dikendalikan oleh komputer dalam
memproduksi produk menurut jadwal yang sesuai.
Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh PT Dirgantara Indonesia dalam
proses produksinya terutama untuk work centre yang menggunakan mesin Flexible
Manufacturing System adalah belum adanya standar baku mengenai urutan
pemrosesan job yang masuk. Selain itu, terjadinya keterlambatan pengerjaan job
untuk setiap work center termasuk juga pada mesin Flexible Manufacturing System.
Ditambah lagi adanya kelemahan dari metode backward yang diterapkan yaitu
metode ini tidak dapat mendeteksi adanya sumber daya yang menganggur sehingga
utilitas perusahaan tidak dapat maksimun.
Break and build method adalah suatu metode baru dalam proses penjadwalan
yang mengabungkan antara metode penjadwalan konvensional dengan teknik
optimasi dan simulasi. Dalam penelitian ini, dengan menerapkan break and built
method perusahaan mampu mengurangi besarnya makespan mencapai 27,21% dari
makespan eksisting. Namun, salah satu tahap dalam break and built method yaitu
breaking stage tidak dapat diterapkan karena kuantitas set part sangat kecil.
Break and built method, BBM, makespan, Penjadwalan, FlexibleManufacturing System, FMS, Heuristik, SPT, FCFS.