PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) sebagai perusahaan pengolahan
aluminium satu-satunya di Indonesia selalu berusaha untuk melakukan penghematan terhadap
biaya-biaya yang timbul, baik sebelum dan selama proses produksi berlangsung maupun setelah
proses produksi selesai dan produk hasil produksi didistribusikan kepada konsumen. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan oleh pihak perusahaan di dalam melakukan penghematan biaya
tersebut adalah dengan mengoptimalkan pengelolaan inventori (persediaan) produk jadi mereka.
Hal ini dikarenakan biaya yang timbul di dalam proses yang berhubungan dengan penyimpanan
produk di gudang merupakan sumber pengeluaran kedua terbesar bagi perusahaan sesudah
biaya dalam proses produksi. Dan lebih jauh lagi, tidak tersedianya produk ketika konsumen
membutuhkan akan mengakibatkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan
keuntungan serta dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan terhadap perusahaan.
Pada saat ini PT INALUM mempunyai tiga gudang yang tersebar di tiga tempat di
Indonesia, yaitu di Kuala Tanjung (Sumatera Utara), Jakarta, dan Surabaya. Saat ini permintaan
terbesar terhadap produk PT INALUM di Indonesia berasal dari konsumen di area Jakarta dan
sekitarnya. Oleh karena itu, adalah penting bagi perusahaan untuk senanatiasa menjaga
ketersediaan produknya di gudang Jakarta sehingga diperlukan kebijakan yang tepat terkait
dengan persediaan (inventori) perusahaan di gudang Jakarta sehingga jumlah yang tersedia di
gudang tersebut dapat dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen sekaligus memenuhi
keinginan perusahaan untuk memperoleh keuntungan semaksimal mungkin dengan biaya
inventori yang seminimal mungkin.
Penentuan jumlah inventori optimal pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
model Q, dimana sebelumnya terlebih dahulu dilakukan proses peramalan terhadap demand
masa lalu produk untuk mengetahui kebutuhan akan produk tersebut di masa yang akan datang.
Adapun pendekatan model Q yang diterapkan pada penelitian ini adalah metode Statistical
Order Point untuk menentukan stok aman (Safety Stock) dan titik pemesanan kembali (Order
Point) serta metode-metode Lot Sizing untuk menentukan jumlah produk yang harus dipesan
setiap kali pemesanan kembali (replenishment) dilakukan.
Sementara itu, pada penelitian ini metode peramalan yang akan dipilih adalah
berdasarkan kriteria nilai MAD yang dihasilkan, sementara untuk metode Lot Sizing kriteria
pemilihan yang digunakan adalah biaya yang paling minimum yang ditimbulkan.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan bahwa titik
pemesanan kembali terletak pada level 2.188 ton untuk produk aluminium dengan kadar
kemurnian 99,7 % dan 191 ton untuk produk aluminium dengan kadar kemurnian 99,9 %.
Selain itu, jumlah yang harus dipesan (Quantity to Order) pada setiap replenishment adalah
sebanyak 3.602 ton untuk produk aluminium dengan kadar kemurnian 99,7 % serta 1.519 untuk
produk aluminium dengan kadar kemurnian 99,9 %. Selanjutnya, berdasarkan analisis yang
telah dilakukan terhadap hasil perhitungan, didapatkan bahwa kapasitas gudang PT INALUM di
Jakarta sudah sangat tidak memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan konsumen di area Jakarta
sehingga disarankan kepada pihak perusahaan agar menambah daya tampung gudang di Jakarta. Inventori, Model Q, Optimal, Lot Sizing, Order Point, Safety Stock, Peramalan.