Layanan seluler CDMA di Indonesia dibedakan atas dua jenis lisensi, yaitu CDMA
yang beroperasi dengan lisensi F ixed Wireless dan CDMA yang menggunakan lisensi wireless
nasional. Salah satu contoh CDMA yang beroperasi menggunakan lisensi Fixed Wireless adalah
Esia.Esia adalah merk layanan operator yang dikeluarkan oleh PT.Bakrie Telecom Tbk,
operator telekomunikasi yang berbasis teknologi CDMA 2000 1x dengan layanan Limited
mobility.
Saat ini fenomena yang tengah gencar diberlakukan oleh hampir seluruh operator
seluler di Indonesia adalah penurunan tarif.Tarif merupakan salah satu faktor penarik bagi
konsumen ketika dia memutuskan operator mana yang akan dipilih. Perlu adanya evaluasi setiap
saat terhadap tarif yang diberlakukan agar tarif yang dikenakan pada suatu produk dapat sesuai
dengan iklim kompetisi yang semakin pesat. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mewujudkan hal tersebut adalah penetapan tarif berdasarkan value dari suatu produk.
Dalam penelitian ini, akan diketahui bagaimana persepsi konsumen atas valueyang
diberikan oleh layanan Esia Prabayar, yang nantinya akan dijadikan dasar dalam penentuan
usulan tarif. Perceived value layanan, diukur dengan membandingkan benefit yang diterima
pelanggan dengan pengorbanan berupa harga yang harus mereka bayarkan untuk mengkonsumsi
layanan. Kemudian valuetersebut akan dibandingkan dengan Flexi Trendy sebagai kompetitor
utama dan akan dipetakan pada !"#$%&'()#* value map untuk mengetahui posisi Esia Prabayar
terhadap pesaingnya. Untuk mengetahui besarnya kemauan bayar konsumen ( customer
willingness to pay) digunakan metode price sensitivity meter. Untuk dapat mengetahui
tariffvaluemana saja yang masih perlu diperbaiki, maka digunakan performance-importance
matrix, dimanan berdasarkan matriks tersebut dapat diketahui atribut tarif mana saja yang
tingkat performansinya masih rendah dan tingkat kepentingan tinggi sehingga menjadi prioritas
utama dalam penentuan usulan tarif. Selain itu tarif eksisting layanan, tarif pesaing, tingkat
kepentingan komponen harga, biaya, serta regulasi menjadi dasar dalam penentuan srategi tarif.
Usulan tarif yang direkomendasikan adalah sebagai berikut: terdapat penurunan harga
untuk beberapa komponen tarif, diantaranya untuk percakapan lokal ke PSTN saat peak dan off
peak menjadi Rp 225,-/menit dan Rp 181.25,-/menit; untuk percakapan jarak < 200 KM ke
PSTN saat peak dan off peak menjadi Rp 800,-/menit dan Rp 725,-/menit; untuk percakapan
jarak > 200 KM saat peak dan off peak menjadi Rp 2250,-/menit dan RP 1050,-/menit; untuk
percakapan lokal ke operator lain saat peak dan off peak sama menjadi Rp 700,-/menit; untuk
percakapan jarak < 200 KM ke operator lain saat peak dan off peak menjadi RP 1350,-/menit
dan Rp 1200,-/menit; untuk percakapan jarak > 200 KM ke opearator lain saat peak dan off
peak menjadi Rp 2600,-/menit dan Rp 1500,-/menit; untuk panggilan internasional menjadi Rp
1400,-/menit; untuk tarif SMS menjadi Rp 0.9,-/karakter ke semua operator dan Rp 975,-/SMS
ke operator luar negeri. Dan terjadi kenaikan harga untuk tarif panggilan interlokal ke sesama
esia menjadi Rp 60,-/menit. Sedangkan untuk komponen tarif lainnya, panggilan lokal ke
sesama esia saat peak dan off peak serta panggilan internasional ke sesama esia saat off peak
tidak terjadi perubahan harga.
Usulan tarif diatas dapat dikatakan layak bagi perusahaan, karena memiliki nilai
parameter kelayakan NPV sebesar Rp 290,557,776,196, IRR sebesar 57% dan pay back period
sebesar 2.71 tahun yang mana lebih besar daripada nilai yang telah ditetapkan perusahaan. Dan
usulan tarif ini dinilai lebih kompetitif jika dibandingkan dengan tarif Esia Prabayar yang
berlaku saat ini.
!