Di dalam kegiatan industri besar seperti Pertamina, banyak digunakan sarana fasilitas
penerimaan, penimbunan, proses pengolahan, dan pengisian. Dapat dikatakan bahwa jalannya
industri itu identik dengan mengalirnya proses material bahan baku dari input menuju proses
pengolahan dan akhirnya dikemas menjadi suatu produk yang siap dipasarkan. Dalam
meningkatkan keuntungan perusahaan, PT Pertamina Unit Produksi Pelumas Jakarta (UPPJ)
berusaha melakukan usaha-usaha perbaikan efisiensi dalam setiap kegiatan produksinya.
Salah satu kegiatan produksi yang memiliki masalah-masalah ketidakefisienan adalah system
penanganan drum aditif sebagai bahan baku pelumas dan kardus sebagai material penunjang.
Masalah-masalah inefisiensi penanganan kedua material ditandai antara lain dengan besarnya
jarak angkut antara gudang dengan pabrik, kapasitas penanganan yang rendah, serta
tingginya biaya operasi peralatan angkut yang menangani material tersebut.
Pemecahan permasalahan tersebut dilakukan dengan melakukan relayout terhadap
jalur pendistribusian baik drum aditif maupun kardus. Untuk perbaikan penanganan material
drum aditif dilakukan penggantian alat angkut forklift dengan roll konveyor dan rangka rel.
Sedangkan pada penanganan kardus perbaikan dilakukan dengan mengganti forklift dengan
belt konveyor.
Untuk mengetahui sejauh mana perbaikan–perbaikan tersebut dapat memecahkan
permasalahan, dilakukan evaluasi terhadap kedua konsep tersebut secara ekonomis, yaitu
dengan membandingkan alternatif penggunaan forklift dengan alternatif penggunaan
konveyor. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa penggunaan alternative konveyor
membawa keuntungan ekonomis berupa penghematan biaya. Selain itu, alternatif ini
juga membawa keuntungan-keuntungan lain selain keuntungan ekonomis.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kedua konsep perbaikan tersebut
dapat meningkatkan efisiensi sistem penanganan material drum aditif dan material
kardus di UPPJ Pertamina sehingga dapat menunjang program pengurangan biaya
produksi.
Tidak ada