Pembangunan merupakan tindakan yang memerlukan perencanaan secara matang,
bertahap dan berkesinambungan. Bappenas selaku badan pemerintah yang tugasnya
merencanakan dan membangun daerah-daerah secara nasional, tentu tidak akan secara
sembarangan melakukan pola pembangunan. Memasuki era otonomi daerah, pelaksanaan
pembangunan tidak lagi dilakukan pemerintah pusat, melainkan oleh pemerintah daerah. Karena
itu, Bappenas membutuhkan suatu sistem informasi yang dapat mendukung kinerja manajemen
Bappenas agar lebih terarah dalam melakukan penentuan, pengawasan dan evaluasi
pembangunan-pembangunan di daerah menuju tercapainya sistem otonomi daerah yang baik..
Dalam perancangan sistem informasi ini, sistem informasi yang digunakan adalah sistem
informasi geografis yang mampu menyimpan data, menganalisis dan menampilkannya dalam
visual geografis. Kemampuan sistem infomasi geografis yang meliputi data spasial dan non
spasial bisa mempermudah manajemen Bappenas dalam mengawasi jalannya otonomi daerah
yang berorientasi pemetaan. Sehingga manajemen Bappenas lebih mudah dalam melihat dan
menilai perkembangan otonomi di daerah.
Perancangan sistem informasi geografis sistem otonomi daerah ini memerlukan data
spasial berupa peta dasar Jawa Barat dan data non spasial dari staff Bappenas berupa jumlah
pegawai, jumlah pendapatan daerah, belanja daerah, jumlah instansi, jumlah penduduk dan juga
luas wilayah per kabupaten. Output yang diinginkan berupa peta existing Jawa Barat beserta
visualisasi wilayah dengan pewarnaan yang berbeda sesuai ranking yang dimiliki kabupatenkabupaten
yang ada di Jawa Barat. Dengan sistem ini, daerah-daerah yang sudah berhasil
melaksanakan otonomi daerah atau tidak, akan lebih mudah dikenali dan dipelajari karena sifat
sistem informasi geografis yang dapat menampilkan data dalam bentuk peta tematik sesuai
kebutuhan. Visualisasi data non spasial (atau bisa juga di sebut data atribut) ini dapat ditampilkan
bersama data spasialnya, sehingga pengambilan keputusan manajemen Bappenas pun dapat
berlangsung lebih efektif.
Dibandingkan dengan sistem yang lama berupa sistem informasi manajemen, sistem
informasi geografis ini terlihat lebih baik dan lebih praktis. Karena outputnya menampilkan peta
wilayah otonomi daerah beserta tematiknya dengan pewarnaan sesuai rangking, sehingga
manajemen Bappenas dapat lebih terbayang atas wilayah otonomi daerah yang tidak, sedang, dan
sudah berkembang dengan baik berdasarkan analisis ruang dan waktu. Dan dapat melihat
perkembangannya setiap tahun.
Sistem Informasi Geografis, Bappenas, Otonomi Daerah, Jawa Barat