Televisi Lokal merupakan stasiun televisi yang berdaya jangkau siar lokal (daya
jangkau siaran maksimum dalam satu propinsi/ kota). Dengan disahkannya Undang-undang
No.32 Tahun 2002 tentang penyiaran, yang merupakan tonggak penting bagi eksistensi televisi
lokal dan merupakan payung hukum resmi dan demokratis bagi kemerdekaan televisi lokal
menjadikan prinsip desentralisasi juga berlaku bagi media penyiaran televisi. Stasiun televisi
Lokal yang beroperasi pertama kali di Bandung adalah Bandung TV pada tahun 2003.
Berikutnya beroperasi televisi lokal lainnya yaitu STV, CT-TV, Pajajaran TV, Ganesha TV,
dan MQTV. Diantara Televisi-televisi Lokal tersebut, Bandung TV dan STV saat ini dianggap
sebagai stasiun televisi Lokal terbesar dan memiliki kekuatan yang relatif sama. Akan tetapi
perlu diketahui apakah pelayanan yang diberikan oleh kedua stasiun TV lokal tersebut telah
memenuhi keinginan dan harapan pemirsanya, dan sejauh manakah tingkat kepuasan yang
didapat oleh pemirsanya pada saat ini.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode CSI, CSGI, Top Bottom Two
Boxes, Analisis Kuadran dan CPI terhadap variabel-variabel layanan yang diberikan oleh pihak
stasiun TV yang disesuaikan dengan dimensi kualitas pelayanan menurut Parasuraman,
Zeithaml dan Berry yang terdiri dari ; bukti nyata (Tangible), kehandalan (Reliability), daya
tanggap (Responsiveness), jaminan (Assurance) dan empati (Empathy).
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat kepuasan pemirsa Bandung TV
dan STV, mengetahui unsur-unsur pelayanan mana yang perlu diprioritaskan, mengetahui
kesenjangan pelayanan yang terjadi antara perceived servqual dengan expected servqual.
Dari hasil perhitungan penelitian ini diketahui secara umum layanan yang diberikan
oleh kedua stasiun TV lokal tersebut sudah baik. STV tercatat sebagai stasiun TV lokal terbaik
dengan nilai CSI 81.86% dan CSGI -0.82 dibandingkan dengan Bandung TV dengan nilai CSI
81.36% dan CSGI -0.84. Dari metode Top Bottom Two Boxes, STV juga menempati urutan
pertama dengan jumlah unsatisfield customer terendah sebanyak 6.81 % dan satisfield customer
tertinggi sebanyak 58.27 % sedangkan Bandung TV memiliki unsatisfield customer sebesar
8.54 % dengan satisfield customer sebesar 57.83 %. Pada metode analisis kuadran yang
dilanjutkan dengan metode CPI, Bandung TV dan STV sama-sama memiliki lima variabel
yang diprioritaskan untuk perbaikan.