Kondisi kanal wireless sangat rentan terhadap multipath fading yang menyebabkan amplitudo, delay, dan fasa sinyal menjadi random. Kondisi tersebut dapat menyebabkan sinyal saling berkorelasi. Pada kanal MIMO yang memiliki lintasan lebih dari satu dapat terjadi korelasi antar kanalnya. Kanal yang buruk tersebut dapat diatasi oleh sistem MIMO-OFDM. Agar mendekati kondisi sebenarnya diperlukan pendekatan kanal yang berkorelasi. Pada Tugas Akhir ini dipresentasikan kinerja sistem MIMO-OFDM dengan empat antena transceiver pada kanal yang berkorelasi. Sistem dilengkapi dengan STBC dan dimodelkan sesuai standar IEEE 802.11a. Sistem kemudian diuji dalam kanal berkorelasi yang dimodelkan dengan GBSB (Geometrically Based Single Bounce) jenis sirkular. Dari penelitian didapatkan bahwa kinerja sistem lebih baik dari pada penerapan dua antena transceiver. Sedangkan pada kanal berkorelasi, kinerja sistem lebih rendah dibanding pada kanal tak berkorelasi. Pada kanal berkorelasi, sistem dipengaruhi oleh Angle Spread, scatterer, dan jarak antara pengirim ke penerima. Semakin besar Angle Spread dan jarak pengirim ke penerima maka kinerja semakin menurun. Semakin banyak scatterer di sekitar penerima maka kinerja akan semakin baik. Untuk mencapai mencapai BER 10-5, sistem bermodulasi BPSK pada kanal flat fading sistem membutuhkan SNR 4,7 dB. Sedangkan pada kanal selective fading sistem memerlukan 5,6 dB. Pada kanal berkorelasi, sistem dengan Angle Spread 5°, jarak Tx-Rx 500 m, dan jumlah scatterer 20 titik, diperlukan SNR 7 dB untuk mencapai nilai BER yang sama Kata kunci: MIMO, OFDM, STBC, multipath fading, kanal berkorelasi, GBSB, Angle Spread, scatterer, diversity gain -