Sektor pertambangan minyak dan gas memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pendapatan negara. Rata-rata kontribusi penerimaan negara dari minyak gas tahun 2010 hingga tahun 2015 adalah sebesar 21,6%. Di masa yang akan datang, kontribusi penerimaan PPh Minyak dan gas diperkirakan akan terus menurun yang disebabkan karena lifting minyak dan gas di Indonesia semakin berkurang. Salah satu upaya pemerintah dalam menghadapinya adalah dengan mengoptimalisasi penerimaan minyak dan gas dengan bantuan perusahaan Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS). Dengan menurunnya jumlah produksi minyak dan gas serta melemahnya harga minyak mentah dunia di tahun 2015 menyebabkan perusahaan KKKS minyak dan gas di Indonesia mengalami kesulitan keuangan (financial distrees) dengan ditandai laba bersih perusahaan yang bernilai negatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi financial distress berdasarkan model Altman, model Zmijewski, dan model Grover serta mencari perbedaan hasil prediksi diantara ketiga model tersebut. Sampel yang digunakan adalah perusahaan Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) minyak dan gas di Indonesia. Dengan menggunakan metode purposive sampling maka di dapat 7 perusahaan sebagai sampel dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan pada model Altman terdapat 42,86% perusahaan yang terindikasi financial distress, 28,57% perusahaan yang tidak terindikasi financial distress, dan 28,57% perusahan yang berada pada grey zone. Pada model Zmijewski terdapat 100% perusahaan yang diprediksi tidak mengalami financial distress. Sedangkan untuk model Grover terdapat 42,86% perusahaan yang tidak terindikasi financial distress dan sebanyak 57,14% perusahaan yang terindikasi financial distress.
Kata kunci : financial distress, Altman, Zmijewski, Grover, KKKS