Berkaitan dengan ketersediaan layanan (high availability), aktivitas seperti restarting sebuah mesin untuk perawatan hardware sehingga menghentikan layanan aplikasi adalah suatu hal yang dilarang di zaman sekarang ini. Live migration meringankan masalah tersebut dengan mengizinkan administrator untuk memindahkan virtual machine dengan sedikit interupsi [16]. Faktor seperi link bandwidth migration dan dirty pages rate memiliki dampak yang kuat pada migration time dan downtime . Secara umum, proses standar yang baik adalah live migration dengan downtime yang kecil, sedangkan live migration hanya dapat diterapkan dalam skenario dengan tingkat dirty pages lebih kecil daripada link bandwidth migration [14].
Untuk mengatasi permasalahan tersebut ada beberapa solusi yang bisa dilakukan, diantaranya dengan cara menambah kapasitas network bandwidth, dan mengatur nilai downtime maksimal yang ditetapkan. Akan tetapi ketika nilai downtime diatur ke nilai yang tinggi, sistem akan mengalami downtime yang panjang sesuai nilai yang ditetapkan. Hal ini tentunya akan berdampak buruk kepada proses migrasi dan ketersediaan layanan. Pada penelitian ini akan dilakukan modifikasi algoritma live migration dengan adaptive downtime agar live migration tetap dapat dilakukan pada kondisi dirty pages yang tinggi, dengan nilai downtime yang kecil.
Hasil yang didapat dari pengujian kali ini adalah pada kondisi default live migration tidak dapat berjalan ketika tingkat dirty pages lebih besar daripada network bandwidth. Pada saat server melakukan video streaming dengan ukuran file 19 Mb durasi 4.12 menit, live migration hanya dapat dilakukan dengan extended downtime sebesar 2 detik dengan hasil downtime yang diperoleh mendekati nilai extended yang ditetapkan yaitu 2 detik. Setelah dilakukan modifikasi algoritma, live migration dapat dilakukan meskipun video streaming sedang berlangsung, dengan hasil downtime sebesar 1.67 pada RAM 512 MB dan RAM 2048 MB.
Kata kunci: Virtual Machine, Live migration, Adaptive Downtime, Downtime, Migration time.