Dalam era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Menteri Tenaga Kerja menekankan masyarakat Indonesia untuk memiliki keahlian khusus dan melengkapi diri dengan sertifikasi. Di samping itu, menurut Moelyono, selaku pemilik Sanggar Seni GMC Animation, mengatakan bahwa animator Indonesia banyak dicari oleh dunia animasi karena memilki kreativitas tinggi dan kemampuan yang dimilikinya tidak jauh berbeda dengan animator asal Eropa. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan khusus yaitu dengan cara mengikuti pelatihan dan sertfikasi. Salah satu lembaga pelatihan dan sertifikasi adalah Telkom PCC yang didedikasikan PT. Telekomunikasi Indonesia tbk. dalam memajukan dan mengembangkan anak bangsa. Creative Multimedia Professional merupakan salah satu program studi yang dimiliki oleh TPCC yang berhubungan dengan animasi. Program studi CMP saat ini belum mampu mencapai jumlah target peserta didik yang telah ditentukan sebelumnya, bahkan jumlah peserta yang dimilikinya mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir. Oleh karena itu, Telkom PCC melakukan peningkatan kualitas produk untuk menjadikan program studi CMP menjadi keunggulan bagi lembaga.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi peningkatan kualitas program studi CMP berdasarkan 9 true customer needs yang didapatkan dari hasil integrasi model Kano dan Education Quality. Penelitian ini menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD). Metode QFD merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menerjemahkan kebutuhan pelanggan ke dalam karakteristik teknis produk dengan mempertimbangkan kemampuan lembaga untuk mewujudkannya. Metode QFD terdiri atas empat tahap, namun pada penelitian ini dilakukan hanya dua tahap. Tahap pertama yaitu House of Quality untuk menentukan prioritas karakteristik teknis yang didasarkan pada target yang belum terpenuhi. Prioritas karateristik teknis tersebut meliputi materi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dunia industry, standar waktu maksimal pembelajaran, pengelolaan kegiatan di luar kurikulum, pengelolaan Pembina kegiatan, dan pengelolaan pembina kegiatan. Selanjutnya dilakukan pengembangan konsep untuk menentukan konsep alternatif kepada perusahaan dan sebagai acuan dalam penentuan critical part pada QFD Iterasi Dua. Tahap selanjutnya yaitu Part Deployment untuk menentukan prioritas critical part . Prioritas critical part tersebut meliputi, media feedback alumni/lulusan, waktu maksimal pembelajaran, jenis seminar, konten materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan perusahaan multimedia, jenis kegiatan mahasiswa, jenis konten kegiatan mahasiswa, jenis struktur organisasi mahasiswa, dan frekuensi pengelolaan struktur organisasi mahasiswa. Selanjutnya prioritas critical part tersebut akan dijadikan acuan dalam pemberian rekomendasi kepada perusahaan.
Rekomendasi yang dibuat berdasakan crtitical part yang belum terpenuhi dan sesuai dengan konsep alternative yang diberikan ini adalah pembuatan media feedback alumni/lulusan, waktu maksimal pembelajaran yang disesuaikan dengan jenis program pelatihan, jenis seminar yang dilakukan, konten materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan dunia multimedia, jenis kegiatan mahasiswa di luar kurikulum yang berupa komunitas animator, konten materi kegiatan mahasiswa yang disesuaikan dari hasil kerjasama dengan perusahaan multimedia, jenis struktur organisasi mahasiswa yang disesuaikan dengan kebutuhan, dan frekuensi pengelolaan struktur organisasi mahasiswa.
Kata Kunci: Quality Function Deployment, true customer needs, Part Deployment, CMP