Pada tahun 2010 terdapat sekitar 285 juta orang yang mengalami
gangguan penglihatan. Sekitar 51 % kebutaan disebabkan oleh katarak karena
proses penuaan, dan 43 % dari gangguan penglihatan disebabkan oleh kelainan
refraksi. Upaya-upaya pencegahan kebutaan di Indonesia telah dilaksanakan pada
tahun 1967 ketika kebutaan dinyatakan sebagai bencana nasional. Mata uang
merupakan suatu alat pembayaran yang digunakan dalam transaksi ekonomi pada
setiap negara. Dengan demikian uang menjadi barang pokok setiap orang,
termasuk para penyandang tuna netra. Kelemahan mereka dalam melihat
merupakan suatu masalah sehingga mereka mengandalakan indera peraba untuk
mengetahui nominal uang. Sehingga tidak menutup kemungkinan hal tersebut
menyebabkan uang tertukar atau bahkan tertipu pada saat transaksi jual beli.
Dalam penelitian ini dirancang sebuah alat bantu pendeteksi nilai nominal
uang kertas untuk membantu tunanetra. Alat ini mendeteksi nilai nominal uang
melalui perbedaan warna di setiap mata uang kertas. Sensor yang digunakan
untuk mendeteksi uang adalah sensor warna yang dirancang menggunakan LED
dan photodioda, keluaran dari sensor warna tersebut kemudian akan diubah oleh
mikrokontoler menjadi informasi yang akan dikeluarkan dalam bentuk suara.
Algoritma Jaringan Saraf Tiruan digunakan untuk pengenalan pola warna pada
uang kertas.
Hasil dari penelitian ini adalah sebuah alat bantu pendeteksi nominal uang
kertas yang dapat digunakan oleh tunanetra. Hal tersebut didukung dengan ratarata
keberhasilan pengujian sebesar 90.00%.
Kata kunci: Tunanetra, alat bantu, uang kertas, sensor warna, Jaringan Saraf
Tiruan