Dalam pengertian “kebudayaan” sebagai “praktik penandaan” (atau “praktik pemaknaan”), terdapat dua hal penting: pertama, setiap “praktik penandaan” sebenarnya adalah satu bentuk operasi kuasa (exercise of power), atau sebaliknya, upaya untuk melakukan resistensi; kedua, karena “praktik penandaan” yang satu senantiasa bertemu dengan “praktik-praktik penandaan” yang lain, entah pertemuan itu berupa gesekan, tabrakan, atau negosiasi, maka “budaya” sebenarnya bisa dilihat sebagai medan pertarungan kuasa.
“Kuasa” (power) dipahami dalam konteks yang luas, dari yang terlembagakan dan bersifat makro sampai yang personal, sehari-hari dan mikro, bahkan tak jarang termanifestasikan dalam hal-hal yang dianggap remeh, sepele, dan “tidak penting” dalam kehidupan banyak orang. Hal-hal yang disebut belakangan itulah yang cenderung menjadi pusat perhatian Cultural Studies.
Esei-esei yang dihimpun di dalam buku ini berupaya memahami serta menjelaskan isu-isu yang menjadi fokus perhatian masing-masing sebagai medan pertarungan kuasa. Pemahaman dan penjelasan itu bersifat kontekstual dan partikular, karena Cultural Studies memang tidak berpretensi membangun generalisasi-generalisasi.