Saat ini teknologi seluler Long Term Evolution (LTE) dalam tahap proses pembangunan di Indonesia. Namun pembangunan LTE di Indonesia tidak optimal karena dibangun menggunakan band 900 dimana operator hanya mendapat alokasi rentang frekuensi yang sempit. Dengan memanfaatkan Carrier aggregation (CA) pada LTE-Advanced diharapkan pengalokasian band 1800 dapat mengoptimalkan pembangunan jaringan LTE pada band 900. Untuk mendapatkan hasil penggelaran yang optimal tersebut, dibutuhkan pemilihan skenario penggelaran CA yang tepat.
Sehingga pada tugas akhir ini dibuat perancangan jaringan LTE dengan mengunakan bandwidth 5 MHz pada band 900 dan jaringan LTE-Advanced dengan melakukan penambahan bandwidth 5 MHz pada band 1800 melalui fitur inter-band carrier aggregation. Perancangan yang dilakukan dengan dua pendekatan yaitu planning by coverage dan planning by capacity. Untuk mendapatkan skenario optimal dilakukan perbandingan didasarkan pada Carrier aggregation Deployment Scenario 2 (CADS2) dan Carrier aggregation Deployment Scenario 3 (CADS3).
Parameter yang dianalisis dalam tugas akhir ini adalah jumlah site, RSRP, CINR, dan persentase user connected berdasarkan simulasi Monte Carlo pada Software. Untuk perancangan tanpa CA dibutuhkan site sebanyak 426, rata-rata RSRP -52.76 dBm, rata-rata CINR 4.1 dB, dan rata-rata persentase user connected 78.56%. Sedangkan pada perancangan setelah diterapkan teknik CA kebutuhan jumlah site menurun menjadi 260. Dan nilai rata-rata RSRP dan rata-rata CINR user mobility 50 km/jam pada CADS2 dan CADS3 bernilai sama, yaitu rata-rata RSRP -56.82 dBm. Namun CINR pada CADS2 4.66 dB dan pada CADS3 5.24 dB. Persentase user connected pada CADS2 sebesar 87.36% dan meningkat setelah diterapkan CADS3 menjadi sebesar 92.54%. Beberapa parameter di atas menunjukkan bahwa hasil perancangan dengan teknik CADS3 bernilai paling baik. Sehingga berdasarkan parameter tersebut dapat disimpulkan bahwa CADS3 layak diterapkan di Indonesia untuk mengoptimalkan penggelaran jaringan LTE.