Open Library Book Review

Judul: Like The Following River: Seperti Sungai yang Mengalir
Paulo Coelho
Subject: NOVELS
Publisher: Gramedia Pustaka Utama, 2025
Ada sebuah kalimat yang berbunyi: “Hidup itu seperti sungai. Mengalir, tak pernah kembali pada titik yang sama, tetapi selalu menuju lautan.” Kalimat itu seolah menjadi kunci untuk memahami karya Paulo Coelho berjudul Seperti Sungai yang Mengalir. Buku ini bukanlah novel fiksi dengan alur baku, tokoh kompleks, dan konflik dramatis. Ia lebih mirip mozaik kumpulan potongan kecil kehidupan yang dirangkai menjadi jalinan refleksi. Namun justru di situlah keindahannya: ia mengalir dengan tenang, kadang deras, kadang lirih, tetapi selalu meninggalkan kesegaran di hati pembacanya.
Ringkasan Isi Buku
Seperti Sungai yang Mengalir terdiri dari lebih dari seratus cerita pendek, esai singkat, dan catatan harian Coelho. Ada kisah nyata yang ia alami saat berkeliling dunia, ada dongeng sederhana yang penuh pesan moral, ada pula refleksi dari kejadian sehari-hari yang mungkin tampak sepele.
Misalnya, Coelho menceritakan pengalamannya saat menyaksikan konser musik, berbincang dengan seorang pengemudi taksi, atau sekadar memperhatikan seekor ulat yang berjuang. Dari hal-hal sederhana itu ia menarik makna besar tentang kehidupan, cinta, kesetiaan, harapan, dan keberanian. Buku ini tidak memiliki satu alur besar; ia lebih menyerupai sungai yang bercabang, menyebar ke berbagai arah, lalu bermuara pada pesan utama: hidup harus dijalani dengan kesadaran penuh, dengan cinta, dan dengan keberanian menerima arusnya.
Tema dan Pesan
Tema utama buku ini adalah kebijaksanaan hidup. Coelho mengajak pembaca melihat bahwa setiap pengalaman, sekecil apa pun, menyimpan pelajaran. Ia menulis bahwa orang sering kali menunggu momen besar untuk merasa hidup, padahal kebahagiaan justru sering bersembunyi di balik kejadian sederhana.
Pesan lain yang menonjol adalah tentang keselarasan dengan takdir. Sungai tidak pernah melawan arusnya sendiri, demikian juga manusia. Kita bisa berusaha, memilih jalur, tetapi pada akhirnya ada aliran besar yang membawa kita pada tempat yang semestinya. Bukan berarti pasrah, melainkan menerima hidup dengan sikap lapang.
Selain itu, Coelho menekankan pentingnya cinta dan keberanian. Ia berkisah bahwa hidup tanpa cinta akan terasa kering, sedangkan hidup tanpa keberanian akan membuat kita takut menghadapi arus kehidupan.
Karakter dan Alur
Karena bukan novel dengan tokoh tetap, karakter dalam buku ini beragam: seorang nenek bijak, seorang teman perjalanan, bahkan Coelho sendiri. Semua tokoh hadir sebentar, lalu menghilang, tetapi meninggalkan jejak makna. Alurnya bebas—ada yang berupa anekdot, ada yang seperti dongeng, ada pula yang benar-benar seperti catatan harian. Justru kebebasan alur inilah yang membuat pembaca merasa seperti duduk bersama penulis, mendengarkan cerita ngalor-ngidul yang ternyata dalam.
Gaya Bahasa dan Narasi
Bahasa Coelho sederhana namun penuh daya puitis. Ia tidak berusaha menggurui. Ia bercerita dengan hangat, seolah-olah kita sedang mendengarkan seorang sahabat atau guru spiritual yang sedang berbagi kisah. Gaya bahasa ini membuat pesan yang ia sampaikan mudah dipahami pembaca dari berbagai latar belakang.
Coelho pandai menggunakan simbol. Sungai, ulat, bunga, panah, bahkan secangkir kopi—semuanya bisa menjadi jendela untuk merenungi makna hidup. Inilah kekuatan khas Coelho yang juga tampak di karya terkenalnya, The Alchemist.
Kekuatan
- Mudah dicerna: Ceritanya singkat, sehingga bisa dibaca di sela-sela waktu.
- Inspiratif: Setiap kisah menghadirkan semacam “pencerahan kecil” yang bisa menemani pembaca.
- Fleksibel: Tidak perlu dibaca berurutan. Pembaca bisa membuka halaman mana saja dan menemukan sesuatu yang berharga.
- Kedalaman spiritual: Meski sederhana, pesan yang terkandung bersifat universal dan bisa diterima pembaca lintas agama maupun budaya.
Kelemahan
- Tidak ada konflik dramatis: Bagi pembaca yang terbiasa dengan novel penuh intrik, buku ini bisa terasa datar.
- Repetitif: Beberapa refleksi terdengar mirip dengan tulisan Coelho di karya lain, sehingga bagi pembaca setianya mungkin kurang segar.
- Melankolis: Nada reflektif kadang terasa terlalu lirih, sehingga pembaca yang mencari semangat eksplosif bisa merasa kurang puas.
Konteks dan Relevansi
Paulo Coelho adalah penulis Brasil yang dikenal sebagai salah satu pengarang paling berpengaruh di dunia. Namanya melejit lewat The Alchemist, novel alegoris tentang seorang penggembala yang mencari harta karun. Setelah itu, ia terus menulis karya-karya yang menggabungkan filsafat, spiritualitas, dan sastra populer. Seperti Sungai yang Mengalir berbeda dari The Alchemist atau Veronika Decides to Die. Ia tidak memaparkan satu kisah panjang, melainkan kumpulan refleksi pendek. Justru karena itu, buku ini terasa lebih intim. Ia seolah membuka lembaran catatan pribadinya kepada pembaca.
Di era modern yang serba cepat, pesan buku ini terasa relevan. Banyak orang kehilangan kesadaran untuk menikmati momen kecil. Coelho mengingatkan bahwa makna hidup bisa ditemukan dalam hal sederhana: senyum orang asing, suara burung di pagi hari, atau rasa syukur saat menutup hari.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Seperti Sungai yang Mengalir adalah buku yang mengajarkan kita untuk berhenti sejenak dan merenung. Ia bukan bacaan yang menegangkan atau penuh kejutan, melainkan bacaan yang menyegarkan jiwa. Seperti sungai yang jernih, buku ini menawarkan kesunyian, refleksi, dan kesempatan untuk bercermin.
Buku ini cocok bagi:
- Pembaca yang menyukai renungan singkat dan inspiratif.
- Mereka yang sedang mencari pencerahan batin atau motivasi hidup.
- Orang-orang yang ingin belajar melihat kehidupan dengan perspektif baru.
Pada akhirnya, Seperti Sungai yang Mengalir adalah undangan lembut untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran. Ia mengingatkan kita bahwa kebijaksanaan tidak selalu ditemukan dalam kitab-kitab tebal atau peristiwa besar, melainkan dalam arus sehari-hari yang sering kita abaikan. Dan seperti sungai, hidup pun mengalir—kita hanya perlu belajar untuk ikut berenang, bukan melawan.
Buku dapat diakses melalui Halaman ini
Peresensi : Obi Zakaria