“Dardanella”, salah satu rombongan stambul pada dasawarsa pertama setelah Perang Dunia Pertama, tumbuh menjadi rombongan teater paling inovatif. Maka tak berlebihan kalau rombongan ini disebut sebagai perintis teater modern di Indonesia.
Bukan itu saja. Sebagai rombongan tari dan nyanyi, ia meraih sukses besar di Malaya, Singapura, Tiongkok, Srilanka, Myanmar, India, Timur Tengah, Eropa, Afrika Utara, dan Amerika. Sutan Sjahrir bahkan menyambut rombongan ini di New York (Agustus 1947) sebagai duta kesenian Indonesia.
Tak kecil jumlahnya yang kemudian menjadi terkenal sebagai bintang film, termasuk Fifi Young, Miss Riboet, Tan Tjeng Bok, Ratna Asmara, Ferry Kok, dan Astaman. Ferry dan Astaman juga bertindak sebagai sutradara, demikian juga Andjar Asmara dan isterinya, Ratna Asmara, sutradara perempuan pertama di Indonesia.
Buku ini merupakan hasil usaha untuk menggambarkan secara rinciiwayat "The Malay Opera" Dardanella berkeliling bumi Nusantara berikut sebagian Benua Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika Utara.700