Untuk apa seni? Dalam dunia kontemporer yang dikelola oleh nalar ilmiah dan teknologis secara menyeluruh ini, apa pentingnya seni? Ketika orang sudah terpenjara oleh kepentingan kalkulatif dan nalar strategis-praktis, untuk apa seni? Ketika hari-hari ini konon seni modern yang canggih pun dinyatakan ‘sudah mati’, ketika seni tradisional juga tak lagi punya gigi, untuk apakah gerangan seni?
Ironisnya, pada saat yang sama kini ‘seni’ justru merupakan paradigma di segala sisi hidup manusia. Kata ‘seni’ bukan saja dikenakan pada berbagai bidang seperti: seni kuliner, seni entrepreneurship, seni berpolitik, seni merancang lingkungan, dst, tapi bahkan proses penemuan-penemuan ilmiah pun kini cenderung dipahami sebagai proses kreatif, mirip proses berkesenian. Dan dalam dunia industri, seni justru merupakan fokus utama: yang dimainkan di sana bukanlah sekadar desain produk atau komunikasi visual, melainkan gaya hidup, seni menjalani hidup. Dan ketika rasio-nalisme modern telah banyak dikritik secara mendasar, di era postmodern ini orang melihat kembali pentingnya imajinasi dan perasaan, pentingnya seni. Pendeknya, kini segala hal justru cenderung dilihat sebagai ‘seni’.
Dalam situasi paradoksal itu, buku ini hendak menjelaskan secara mendalam dan menyeluruh hakikat, riwayat, kontroversi, posisi dan fungsi seni dalam peradaban manusia. Seni dalam arti luas, tetapi juga dalam arti sempitnya, seperti seni tari, lukis, patung, musik, teater, desain dan sastra. Sebuah buku penting bagi siapa pun yang terlibat dalam pendidikan seni atau pun hendak mempelajari seni.
sumber : http://www.pustakamatahari.co.id/katalogpic/filsafat/review-uas.html